Sumbarmadani.com – Hitay Balai Kaba terus menunjukan komitmen pengembangan energi terbarukan di Sumatera Barat. Sebagai pemegang PSPE untuk Wilayah Gunung Tandikat, Tanah Datar, Sumatera Barat, Hitay Balai bersosialisasi kepada masyarakat yang terdampak langsung terhadap pengembangan pembangkit listrik panas bumi atau geothermal.
Kegiatan sosialisasi berlangsung pada Kamis, 7 Maret 2024, berlokasi di Aula pertemuan Nagari Pandai Sikek yang dihadiri oleh perwakilan Energi Baru Terbarukan (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM). Selain itu, juga hadir Dinas ESDM Provinsi Sumatera Barat, Asisten II (Ekonomi dan Pembangunan) Bupati Tanah Datar, Dinas Investasi PTSP Tanah Datar, Camat X Koto, Wali Nagari, Ketua BPRN, Ketua KAN, dan Tokoh Masyarakat seluruh X Koto, dan Managing Partners Hitay Balai Kaba.
Remzi Caner Yilmaz sebagai perwakilan PT Hitay Balai Kaba menyebutkan komitmen perusahaannya untuk berinvestasi dalam pengembangan panas bumi di wilayah gunung tandikat dan akan terus melakukan sosialisasi dalam setiap tahapannya kepada masyarakat agar dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dalam pengembangan panas bumi.
“Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang paling berkesan bagi kami dari Hitay Balai Kaba, baik masyarakat, makanan, dan budayanya. InsyaAllah niat baik kita bersama dalam pengembangan panas bumi di wilayah tandikat dapat terwujud,” ucapnya pada sambutan (7/3/2024).
PT Hitay Balai Kaba memengang izin Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE) Gunung Tandikat yang prosesnya sempat tertunda akibat Covid-19. Selanjutnya, Inzuddin, perwakilan dari Dinas ESDM Provinsi Sumatera Barat meyampaikan tantangan dan potensi pengembangan panas bumi kepada seluruh elemen masyarakat yang hadir.
“Panas bumi berbeda dengan eksplorasi tambang pada umumnya, yang mengekploitasi mineral atau gas disatu titik dan memindahkannya. Sedangkan panas bumi tidak dipindahkan kemana-mana masyarakat sekitar yang akan mendapatkan manfaat pertama dari listrik yang dihasilkan. Jika sudah berjalan pembangkit listriknya, mau untung atau rugi koorporasi yang menjalankan harus memerikan kontribusi langsung kepada pemerintah kabupaten,” jelasnya pada forum yang sama.
Sosialisasi berjalan dinamis dengan banyaknya pertanyaan dari masyarakat X Koto berkaitan dengan isu-isu sosial seperti apakah akan seperti Lumpur Lapindo, efeknya terhadap pengairan pertanian, efek getaran dan suara pada saat pengeboran, hingga efek langsungnya (nilai tambah) kepada masyarakat Nagari.
Perwakilan EBTKE menyampaikan bahwa sosialisasi merupakan agenda untuk mengkonfirmasi langsung keresahan dan kekhawtiran masyarakat akan dampak yang ditimbulkan oleh eksplorasi geothermal. Pada dasarnya banyak geothermal yang sudah kontinyu puluhan tahun di Indonesia seperti wilayah Kamojang, Garut yang sudah beroperasi sejak tahun 1978 atau yang di Larde derre llo, Pisa Italia yang sudah lebih dari 100 tahun sejak 1904.
“Lapindo eksplorasi awalnya adalah migas bukan panas bumi, sehingga ada perbedaan mendasar eksplorasi dan dampaknya. Sudah banyak contoh pengembangan geotermal yang berhasil. Untuk air tidak akan menggangu sumber air masyarakat karena pengemboran dilakukan sedalam 2000 meter. Pada saat pengeboran awal memang dibutuhkan water pumb sebagai pelumas selama proses pengeboran dan itu bisa didatangkan dari luar sehingga tidak menggangu sumber air masyarakat.
Terakhir, PT Hitay Bala Kabai berkomitmen untuk memfasilitasi masyarakat X Koto untuk melihat langsung dampak dan kemanfaatan pengembangan geothermal di Muaro Labuah, Solok Selatan sebagai rangkaian proses sosialisasi.
“Agar tidak hanya mendapatkan informasi dari kami, masyarakat akan difasilitasi untuk mengunjungi supreme, insyaallah selepas Idul Fitri,” tutup Cener.