Sumbarmadani.- Sekolah menengah kejuruan (SMK) lebih membutuhkan peralatan- peralatan penunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Banyak ditemukan suatu masalah yang hampir dialami semua mata pelajaran pada jurusan multimedia yaitu peralatan yang harganya cukup mahal. Hal tersebut membuat peralatan yang dimiliki oleh sekolahan cukup terbatas dan kadang tidak mencukupi untuk kegiatan belajar mengajar.
Pengamatan dan wawancara kepada beberapa murid di Kelas XI ANIMASI SMKN 1 TANJUNGdidapatkannya informasi bahwa alat praktikum mata pelajaran komposisi foto digital yang berjumlah hanya 1 kamera DSLR. Dengan jumlah peserta didik rata-rata perkelas adalah 35 siswa maka dalam penggunaan kamera untuk praktik akan terjadi suatu kendala dalam penggunaan waktu. Peserta didik harus berebutan dan hanya asal jepret tidak memperhatikan setingan kamera. Bahkan ada sebagian siswa yang tidak melakukan praktikum karena waktu yang telah habis. Tentu saja hal itu menyebabkan pembelajaran yang kurang efektif.
Keefektifan kegiatan belajar mengajar sendiri dikatakan efektif apabila mencakup tiga hal yaitu ketercapaian ketuntasan belajar, tetercapaian keefektifan aktivitas siswa (yaitu pencapaian waktu ideal yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat dalam rencana pembelajaran), ketercapaian efektivitas kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan respon siswa terhadap pembelajaran yang positif [1].
Penelitian ini akan memanfaatkan media pembelajaran berupa simulator kamera DSLR. Dengan menggunakan simulator ini diperkirakan akan membantu pengajar dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Jumlah simulator ini akan lebih memadai dibandingkan dengan kamera DSLR dikarenakan simulator kamera ini akan dipasang pada seluruh komputer di laboratorium. Sehingga memungkinkan setiap peserta didik dapat mengoperasikan simulator tersebut secara individu.
Tujuan penelitian ini adalah untu mengetahui efektivitas kegiatan belajar mengajar. Apakah dengan menggunakan media pembelajaran simulator kamera DSLR kegiatan belajar mengajar lebih efektif. Ataukah sebaliknya kegiatan belajar mengajar menggunakan simulator kamera DSLR tidak lebih efektik dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar yang menggunakan satu buah kamera DSLR.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimanakah pengaruh penggunaan simulator kamera DSLR pada matapelajaran komposisi foto digital terhadap efektivitas pembelajaran”. Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah yaitu menggunakan media pembelajaran simulator kamera DSLR, aplikasi simulator kamera DSLR menggunakan camerasim off line. Objek yang diteliti adalah siswa siswi kelas XI ANIMASI SMKN 1 TANJUNG dan yang diukur adalah efektivitas kegiatan belajar mengajar.
Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ignatius agung pranata penelitian tersebut menunjukkan simulasi kamera DSLR dapat memudahkan dan membantu pengguna dalam mempelajari ilmu fotografi [2]. Penelitian lain yang dilakukan oleh Muhamad rizki adi wijayanto menunjukkan keterampilan fotografi kamera DSLR pada mata pelajaran komposisi foto digital dapat ditingkatkan dengan penerapan metode pembelajaran drill dan pendekatan scientific. Kelemahan dari penelitian ini yaitu sulitnya dalam mengkontrol kelas yang berjumlah 29 siswa karena keterbatasan jumlah kamera dan permasalahan terhadap waktu pembelajaran yang kurang [3]. Ferry fatchurrozi menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan media simulator kamera dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa [4]. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian ini akan meneliti tentang efektifitas kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media pembelajaran simulator kamera DSLR. Aplikasi yang akan digunakan sebagai media pembelajaran adalah camerasim, camerasim memiliki fitur yang lebih lengkap dari aplikasi yang digunakan oleh peneliti sebelumnya.
Efektivitas pembelajaran berarti tingkat keberhasilan guru dalam mengajar kelompok siswa tertentu dengan menggunakan metode tertentu untuk mencapai tujuan instruksional tertentu [5]. Efektivitas pembelajaran memiliki dua karakteristik. Karakteristik pertama ialah “memudahkan murid belajar” sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Kedua, bahwa keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai, seperti guru, pengawas, tutor atau murid sendiri [6].
Pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan, baik dari segi tujuan pembelajaran maupun prestasi siswa yang maksimal. Berikut ini merupakan tiga indikator keefektifan pembelajaran yaitu ketercapaian ketuntasan belajar, ketercapaian keefektifan aktivitas siswa (yaitu pencapaian waktu ideal yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat dalam rencana pembelajaran), ketercapaian efektivitas kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan respon siswa terhadap pembelajaran yang positif. Indikator lain yang dapat digunakan untuk menentukan efektivitas dalam proses pembelajaran ada tujuh yaitu pengorganisasian materi yang baik, komunikasi yang efektif, penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, sikap positif terhadap siswa, pemberian nilai yang adil, keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, dan hasil belajar siswa yang baik [7].
Dari beberapa uraian indikator ketercapaian efektivitas pembelajaran diatas, akan dipilih tujuh indikator yang akan digunakan pada penelitian ini. Indikator tersebut adalah pengorganisasian materi yang baik, komunikasi yang efektif, penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, respon positif oleh siswa, keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, tercapainya waktu yang ideal, dan tetercapaian ketuntasan belajar.
Media Pembelajaran sering diartikan sebagai alat-alat, grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual/verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan peserta didik, sehingga dapat terdorong untuk terlibat dalam proses pembelajaran [8]. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran [9]. Media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap [10].
Simulator/Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura [11]. Simulasi merupakan suatu model pengambilan keputusan dengan mencontoh atau mempergunakan gambaran sebenarnya. Gambaran tersebut diambil dari suatu sistem kehidupan dunia nyata tanpa harus mengalaminya pada keadaan yang sebenarnya [12].
Kamera DSLR atau Digital Single Lens Reflex adalah kamera digital dengan format yang mengadopsi kamera SLR film yaitu memiliki lensa yang bisa dilepas, memiliki cermin mekanik dan penta prisma untuk mengarahkan sinar yang melewati lensa menuju ke jendela bidik. Saat tombol shuter ditekan, cermin akan terangkat dan shutter terbuka sehingga menyebabkan sinar yang memasuki lensa akan diteruskan mengenai sensor. Proses exposure diakhiri dengan menutupnya shutter dan cermin kembali diturunkan. Total waktu yang diperlukan dari shutter membuka hingga menutup lagi dinamakan shutter speed dan bisa diatur secara manual atau otomatis” [13]. Selain itu DSLR memiliki kemampuan lepas tukar lensa, mirip kamera analog SLR. Kualitas gambarpun prima. Hal ini disebabkan karena kamera DSLR menggunakan lensa kamera yang baik, dan dari waktu kewaktu terus mengalami perbaikan.fitur-fiturnya dibuat persis dengan kamera analog SLR, seperti manual fotografi, bracketing, bidik kontinyu, multi eksposur, hingga kompensasi pencahayaan. Kemampuan menyimpan file gambar kamera ini dengan format digital seperti Jpeg,Tiff, Raw,dll [14].
Camerasim adalah sebuah aplikasi yang akan dipakai sebagai media pembelajaran simulator kamera DSLR. Berikut ini kalimat yang penulis kutip tentang camerasim yang ditulis oleh Jon Arnold pendiri dari aplikasi Camerasim “I built CamersSim because I love photography, and I want to equip photography instructors everywhere with a meaningful tool that helps them teach photography to their students. While nothing can replace using a real camera, I’m proud of the role that CameraSim has played in enlightening budding photographers all over the world”. Diwebsite resmi camerasims dituliskan beberapa fitur yang dimiliki seperti, aperture/f-stop, shutter speed, iso, lighting, focal length, parallax, camera shake’ blur, tripod stabilization, subject motion blur, over- & under-exposure, dan exposure priority modes [15].
Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan media pembelajaran simulator kamera DSLR dapat mempengaruhi keefektifan pembelajaran. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada populasi atau sampel tertentu, data bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Data yang sudah didapatkan kemudian dideskripsikan agar mudah dalam memahaminya [17].
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Nonequivalent control group design penelitian model ini dapat digambarkan seperti berikut [17].
Tabel 1 Desain penelitian
O1 | X | O2 |
O3 | O4 |
O1 | : Pretest kelas eksperimen |
X | : Perlakuan (eksperimen) |
O2 | : Posttest kelas eksperimen |
O3 | : pretest kelas kontrol |
O4 | : Posttest kelas kontrol |
Penelitian ini akan menggunakan 2 kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan deberikan perlakuan penerapan media simulator kamera DSLR dan satu kelas yang lain sebagai kelas kontrol, kelas yang berjalan seperti biasanya.
Pertanyaan pada penelitian ini dapat dituliskan “Bagaimana keefektifan kegiatan belajar mengajar menggunaan media pembelajaran simulator kamera DSLR?”. Variabel pada penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yaitu media pembelajaran simulator kamera DSLR. Sedangkan variabel dependen adalah efektivitas pembelajaran.
Gambar 1 Variabel Penelitian
X1 : KBM menggunaan simulator kamera DSLR
Y1 : Efektivitas kegiatan belajar mengajar
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas XII multimedia SMK N 1 Pringapus. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah non probability sampling dengan jenis sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel [17].
Pada masing-masing kelas yaitu kontrol dan ekperimen akan dilakukan selama dua kali pertemuan. setiap pertemuannya materi yang disampaikan berbeda. Pada pertemuan pertama materi yang akan disampaikan yaitu pengertian fotografi dan dasar-dasar eksposure, sedangkan pada pertemuan kedua materi yang akan diberikan adalah ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto. Berikut ini adalah desain pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian ini.
Tabel 2 Desain pembelajaran pertemuan 1 | ||
Kontrol | Eksperimen | |
Mata pelajaran | Komposisi foto digital | Komposisi foto digital |
Materi |
Pengertian fotografi dan dasar-dasar eksposure | Pengertian fotografi dan dasar-dasar eksposure |
Tujuan pembelajaran |
Siswa dapat memahami dan menguasai tentang pengertian fotografi dan dasar-dasar eksposure | Siswa dapat memahami dan menguasai tentang pengertian fotografi dan dasar-dasar eksposure |
Waktu | 2 x 45 menit | 2 x 45 menit |
Metode |
× Ceramah
× Praktik × Tanya jawab × kuis |
× Ceramah
× Praktik × Tanya jawab × Kuis |
Media | 1 buah kamera DSLR | Simulator kamera DSLR dan LCD proyektor |
Langkah pembelajaran |
× Pembukaan 10 menit
× Teori 25 menit × Praktik 25 menit × Penutup 30 menit (kesimpulan, kuis, pengisian kuesioner, salam penutup) |
× Pembukaan 10 menit
× Teori 25 menit × Praktik 25 menit × Penutup 30 menit (kesimpulan, kuis, pengisian kuesioner, salam penutup) |
Tabel 3 Desain pembelajaran pertemuan 2 | ||
Kontrol | Eksperimen | |
Mata pelajaran | Komposisi foto digital | Komposisi foto digital |
Materi |
Ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto | Ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto |
Tujuan pembelajaran |
Siswa dapat memahami dan menguasai tentang ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto | Siswa dapat memahami dan menguasai tentang Ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto |
Waktu | 2 x 45 menit | 2 x 45 menit |
Metode |
× Ceramah
× Praktik × Tanya jawab × kuis |
× Ceramah
× Praktik × Tanya jawab × Kuis |
Media | 1 buah kamera DSLR | Simulator kamera DSLR dan LCD proyektor |
Langkah pembelajaran |
× Pembukaan 10 menit
× Teori 25 menit × Praktik 25 menit × Penutup 30 menit (kesimpulan, kuis, pengisian kuesioner, salam penutup) |
× Pembukaan 10 menit
× Teori 20 menit × Praktik 30 menit × Penutup 30 menit (kesimpulan, kuis, pengisian kuesioner, salam penutup) |
Pada setiap akhir pertemuan atau penutupan akan di ambilkan waktu selama 30 menit yang digunakan untuk pengambilan data penelitian. Data yang akan didapatkan pada masing-masing kelas adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Data yang Dibutuhkan | |
Data yang Dibutuhkan | |
Eksperimen | Kontrol |
Pretest | Pretest |
Postest | Postest |
Kuis Pertemuan 1 | Kuis Pertemuan 1 |
Kuis Pertemuan 2 | Kuis Pertemuan 2 |
Kuesioner Pertemuan 1 | Kuesioner Pertemuan 1 |
Kuesioner Pertemuan 2 | Kuesioner Pertemuan 2 |
Penelitian ini dilakukan selama dua kali pertemuan pada masing-masing kelas kontrol maupun eksperimen. Pada penelitian ini yang diukur adalah efektivitas kegiatan belajar mengajar. Indikator efektivitas yang digunakan dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini.
Tabel 5 Indikator Efektivittas Kegiatan Belajar Mengajar [7] | |
NO | Indikator Efektivitas KBM |
1 | Pengorganisasian materi yang baik |
2 | Komunikasi yang efektif |
3 | Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran |
4 | Respon positif oleh siswa |
5 | Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran |
6 | Tercapainya waktu yang ideal |
7 | Ketercapaian ketuntasan belajar (KKM 76) |
Tabel 5 tersebut terdapat 7 indikator, indikator nomor 1-6 didapatkan dari kuesioner dan indikator nomor 7 didapatkan dari soal kuis.
Dari tujuh indikator yang digunakan hasilnya akan dirata-rata dan dicocokkan pada kategori keefektivitasan. Untuk menentukan kategori efektivitas kegiatan belajar mengajar akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Presentase tertinggi : 100% Presentase terendah : 0% Rentang presentase : 100-0 = 100 Kelas interval 6
Menghitung interval : 100 : 6 = 16.66 (16.5)
Berdasarkan hitungan tersebut maka dihasilkan kategori seperti tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6 Kategori Efektivitas KBM [18] | ||
No | Interval | Kategori |
1 | 87.5% – 100% | Sangat efektif |
2 | 70% – 86.5% | Efektif |
3 | 52.5% – 69% | Hampir efektif |
4 | 35% – 51.5% | Hampir tidak efektif |
5 | 17.5% – 34% | Tidak efektif |
6 | 0% – 16.5% | Sangat tidak efektif |
Hasil dan Pembahasan
Sebelum penelitian dimulai pada masing-masing kelas diadakan pretest yang keduanya memiliki soal yang sama. Pretest ini digunakan untuk pembanding antara kelas kontrol dan eksperimen, apakah memiliki rata-rata yang hampir sama. Berikut ini adalah hasil pretest dari kedua kelas tersebut :
Tabel 7 hasil pretest kedua kelas | |
PRETEST | |
Kontrol | Eksperimen |
5.62 | 5.59 |
Dari hasil pretest terlihat nilai dari kedua kelas yang hampir sama. Nilai yang didapat oleh kelas kontrol malah lebih tinggi dari kelas eksperimen. Kedua kelas hanya memiliki selisih nilai 0.03 jadi bisa dikatakan kedua kelas memiliki kesamaan dalam pemahaman awal.
Pertemuan 1 Kelas kontrol
Penelitian pertemuan pertama kelas kontrol dilakukan dengan perlakuan seperti kegiatan yang biasa digunakan oleh guru. Materi yang akan dibahas yaitu pengertian fotografi dan dasar-dasar exposure. Pembagian waktu yaitu teori 50% dan praktik 50%. Media pembelajaran yang digunakan yaitu satu buah kamera DSLR. Setelah kegiatan belajar mengajar selesai peserta didik dari kelas kontrol akan diberikan lembar soal kuis dan kuesioner guna pengumpulan data. Setelah data terkumpul akan diolah dan hasilnya ditampilkan pada tabel 8.
Kelas eksperimen
Proses pembelajaran untuk kelas eksperimen akan menggunakan media pembelajaran simulator kamera DSLR. Kegiatan belajar mengajar diawali dari teori kemudian praktik. Dengan pembagian waktu teori 50% dan praktik 50%. Pengajar akan memberikan materi tentang pengertian fotografi dan dasar-dasar exposure. Setelah teori diberikan selanjutnya adalah melakukan praktik tentang exposure dengan menggunakan simulator kamera DSLR.
Gambar 2 Tampilan Simulator Kamera DSLR
Exposure sendiri terdiri dari tiga aturan yaitu ISO, Aperture, dan Shutter. Dari ketiga aturan tersebut peserta didik disuruh mengatur pada simulator kamera DSLR seperti yang ditunjukkan gambar 2 diatas. Dari ketiga aturan tersebut peserta didik ditugaskan untuk membuat foto yang memiliki exposure yang pas tidak terlalu gelap ataupun terang. Foto dengan ruang tajam yang lebar, ruang tajam sempit (bokeh), dan foto yang membeku. Setelah KBM selesai maka peserta didik akan diberikan soal kuis dan kuesioner. Dari data yang telah terkumpul maka akan diolah dan hasilnya ada pada tabel 8.
Tabel 8 dibawah ini berisi hasil data yang telah didapatkan pada pertemuan 1 kelas kontrol dan eksperimen. Data tersebut didapatkan dari kuis dan kuesioner.
Tabel 8 Efektivitas kegiatan belajar mengajar pertemuan 1 | |||
NO | INDIKATOR | PERSETUJUAN | |
Kontrol | Eksperimen | ||
1 | Pengorganisasian materi yang baik | 82% | 88% |
2 | Komunikasi yang efektif | 84% | 89% |
3 | Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran | 75% | 84% |
4 | Respon positif oleh siswa | 76% | 86% |
5 | Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran | 64% | 82% |
6 | Tercapainya waktu yang ideal | 52% | 73% |
7 | Ketercapaian ketuntasan belajar (KKM 76) | 27% | 68% |
RATA-RATA | 66% | 82% |
Untuk mengetahui kategori keefektifan KBM dari presentase tabel diatas maka dapat dicocokkan dengan tabel 6 kategori efektivitas KBM. Dari tabel 8 tersebut dapat dilihat kelas kontrol dan eksperimen memiliki presentase tertinggi pada indikator nomor 2 masing-masing kelas memiliki presentase 84%(efektif) dan 89%(sangat efektif). Sedangkan presentase terendah kelas kontrol dan eksperimen terdapat pada indikator nomer 7 dengan presentase 27%(tidak efektif) dan 68%(hampir efektif).
Pertemuan 2
Pada Pertemuan kedua masing-masing kelas mempelajari materi yang sama. Materi yang dipelajari pada pertemuan kedua yaitu ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto. Data penelitian diambil setelah kegiatan belajar mengajar selesai yaitu dengan cara seperti pertemuan 1 yaitu pengisian kuis dan kuesioner. Isi kuesioner pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 sama tetapi untuk soal kuis akan berbeda, menyesuaikan dengan materi pelajaran yang diberikan.
Kelas kontrol
Pada pertemuan kedua kelas kontrol akan melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasa yang dilakukan. Materi pelajaran yang akan dibawakan adalah ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto. Pembagian waktu teori dan praktik adalah 50%-50%. Kuesioner dan kuis diambil setelah kegiatan KBM selesai.
Kelas eksperimen
Pada pertemuan kedua ada sedikit perbedaan pada kelas eksperimen, pada pertemuan kedua ini pengajar akan menitik beratkan pada teori. Pengajar menyusun materi yang lebih ringkas, jelas, dan memperbanyak contoh-contoh foto. Maka akan merubah pembagian waktu menjadi teori 60% praktik 40%, dan menambah 5 komputer yang dijadikan sebagai media pembelajaran sehingga penggunaan waktu ketika praktikum lebih efisien.
Pertemuan kedua kelas eksperimen akan mempelajari materi ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto. Untuk praktik kali ini hanya mempraktikkan ukuran shoot karena keterbatasan fasilitas yang ada pada simulator kamera DSLR. siswa akan mengatur dua tombol pengaturan yaitu distance dan focal length. Distance sendiri adalah pengaturan antara jarak fotografer dengan objek dan focal length adalah ukuran zoom pada lensa kamera. Pada gambar 3 dibawah ini adalah letak tombol pada simulator kamera DSLR.
Gambar 3 Letak tombol distance dan focal length
Setelah kegiatan belajar selesai maka dilakukan pengambilan data dengan pemberian soal kuis dan lembar kuesioner. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan didapatkan hasil seperti pada tabel 9.
Data yang telah diperoleh pada pertemuan kedua baik kelas kontrol maupun eksperimen, selanjutnya akan diolah secara statistik. Data yang sudah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah tabel data yang diperoleh pada pertemuan kedua.
Tabel 9 Efektivitas kegiatan belajar mengajar pertemuan 2 | |||
NO | INDIKATOR | PERSETUJUAN | |
Kontrol | Eksperimen | ||
1 | Pengorganisasian materi yang baik | 78% | 91% |
2 | Komunikasi yang efektif | 83% | 86% |
3 | Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran | 77% | 82% |
4 | Respon positif oleh siswa | 77% | 85% |
5 | Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran | 69% | 82% |
6 | Tercapainya waktu yang ideal | 61% | 78% |
7 | Ketercapaian ketuntasan belajar (KKM 76) | 25% | 81% |
RATA-RATA | 67% | 83% |
Untuk mengetahui kategori keefektifan KBM dari presentase tabel diatas maka dapat dicocokkan dengan tabel 6 kategori efektivitas KBM. Pada tabel 9 diatas untuk kelas kontrol memiliki presentase tertinggi 83%(efektif) pada indikator nomor 2 dan terendah pada indikator nomor 7 dengan presentase 25% (tidak efektif). Sedangkan kelas eksperimen presentase tertinggi adalah 91%(sangat efektiv) pada indikator nomor 1 dan terendah pada indikator nomor 6 dengan presentase 78%(efektif).
Setelah pertemuan kedua selesai masing-masing kelas diadakan sebuah postest yang memiliki soal sama persis seperti soal pretest. Postest ini akan digunakan untuk melihat perbandingan nilai awal penelitian dengan nilai akhir setelah penelitian selesai. Berikut ini adalah tabel 10 yang berisi nilai pretest dan postest dari kedua kelas.
Tabel 10 Perbandingan Pretest dan Postest | ||
Kelas | Pretest | Postest |
Kontrol | 5.62 | 6.12 |
Eksperimen | 5.59 | 9.0 |
Diagram dibawah ini merupakan perbandingan efektivitas kegiatan belajar mengajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen secara keseluruhan yang di ambil dari rata-rata tabel nomor 8, dan tabel nomor 9.
Diagram 1 Perbandingan efektivitas KBM kelas eksperimen dan kontrol
Pada diagram 1 diatas dapat dilihat jika kelas eksperimen memiliki presentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Tetapi pada pertemuan kedua kelas kontrol hanya memiliki kenaikan 1% begitu juga dengan kelas eksperimen. Hal tersebut dikarenakan adanya indikator yang mengalami penurunan. Misalnya kelas eksperimen yang memiliki penurunan presentase pada indikator komunikasi yang efektif, penguasaan dan antusiasme terhadap pelajaran, dan respon positif siswa. Penurunan presentase tersebut bisa dikarenakan peserta didik sudah pernah menggunakan media tersebut sebelumnya, jadi dapat sedikit mengurangi rasa keingin tahuan oleh peserta didik. Untuk membandingkan kedua kelas maka akan dihitung rata-rata dari kedua pertemuan berdasarkan masing- masing kelas yang ada pada diagram 1 tersebut. Maka hasil rata-rata efektivitas kegiatan belajar mengajar kelas kontrol memiliki presentase 66.5% sedangkan kelas eksperimen 82.5%. Presentase tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki efektivitas KBM lebih tinggi 16% dibandingkan dengan kelas kontrol dan memiliki hasil postest lebih tinggi 2.88 dibandingkan kelas kontrol. jika rata-rata tersebut dicocokkan dengan tabel 6 Maka kelas kontrol berada pada kategori hampir efektif dan kelas eksperimen berada pada kategori efektif.
Simpulan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kelas eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar memiliki rata-rata efektivitas 82.5% yang berarti efektif dibandingkan dengan kelas kontrol yang memiliki efektivitas 66.5% yang berarti hampir efektif. Sehingga kegiatan belajar mengajar menggunakan media pembelajaran simulator kamera DSLR dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan KBM dengan media pembelajaran kamera DSLR yang terbatas. Indikator keefektifan belajar mengajar yang digunakan ada 7 yaitu pengorganisasian materi, keefektifan komunikasi, penguasaan dan antusiasme siswa terhadap materi, respon positif siswa, keluwesan guru dalam pendekatan pembelajaran, keefektifan waktu yang digunakan, dan hasil belajar dari siswa. Bagi sekolah yang memiliki kamera DSLR terbatas disarankan untuk menggunakan simulator kamera DSLR dikarenakan dalam penggunaannya untuk KBM lebih efektif.
Daftar pustaka
- Mawar, (2012). Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning Berbasis Web Pada Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Kalasan (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Yogyakarta).
- Pranata, Ignatius Agung, 2013, Rancang Bangun Simulator Kamera DSLR Canon EOS 50D Berbasis Web Untuk Pembelajaran Fotografi Dasar, Universitas Kristen Satya Wacana institutional Repository, http://repository.uksw.edu/handle/123456789/6369 . Diakses tanggal 22 Maret
- Wijayanto, Muhamad Rizki Adi, 2015, Peningkatan Keterampilan Fotografi Kamera Dslr Dengan Metode Drill Dan Pendekatan Scientific Pada Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital Siswa Kelas Xi Multimedia, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
- Fatchurrozi, Ferry, 2015, Pemanfaatan Media Simulator Kamera Materi Pokok Pengoperasiankamera Mata Pelajaran Fotografi Siswa Kelas Xi Multimedia di SMK N 2 Magetan, Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 1(2), http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/jmtp/artikel/13075/pemanfaatan-media- simulator-kamera-materi-pokok-pengoperasian-kamera-mata-pelajaran-fotografi- siswa-kelas-xi-multimedia-di-smkn-2-magetan#. Diakses tanggal 24 Maret
- Popham, James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terjemahan). Jakarta: Rineka cipta.
- Dunne, 1996. Pembelajaran Efektif (Terjemahan). Jakarta: Grasindo.
- Mawar, (2012). Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning Berbasis Web Pada Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Kalasan (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Yogyakarta).
- Kokasih, 2013. Optimalisasi Belajar dan Pembelajaran. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga.
- Musfiqon, (2012). Pengembangan Media dan Sumber Jakarta: Prestasi Pustaka.
- Anitah, 2012. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma pustaka.
- Sudjana, 1988. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
- Pranata, Ignatius Agung, 2013, Rancang Bangun Simulator Kamera DSLR Canon EOS 50D Berbasis Web Untuk Pembelajaran Fotografi Dasar, Universitas Kristen Satya Wacana institutional Repository, http://repository.uksw.edu/handle/123456789/6369 . Diakses tanggal 22 Maret
- Mulyanta, Edi 2006. Teknik Modern Fotografi Digital. Yogyakarta: PT.Penerbit Andi.
- Darmawan, 2009. Dunia Dalam Bingkai Dari Fotografi Film Hingga Fotografi Digital. Yogyakarta:Graha Ilmu.
- Arnold, “Camerasim”. 20 Juni 2016. http://camerasim.com/
- Taniredja, Pujiati, irma. Dan Nyata. 2010. Penelitian tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.
- Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
- Widoyoko, Eko 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Penulis : I GEDE EKA ARIESTANA,S.Pd GURU SMK NEGERI 1 TANJUNG