Sumbarmadani.com – Perancis yang merupakan salah satu Negara Dewan Keamanan PBB kembali harus disibukkan dengan konflik horizontal di Kota Mode. Pasalnya, sejak kejadian pemenggalan seorang Guru Sejarah yang bernama Samuel Paty (47 tahun) oleh seorang pemuda Muslim bernama Abdoullah Abouyezidovitch (18 tahun), ditambah lagi dengan pernyataan kontroversial Presiden Perancis, Emmanuel Macron, yang menyebutkan bahwa terrorisme sangat dekat kaitannya dengan Islam. Macron bahkan juga mengatkan bahwa Islam merupakan agama yang krisis di dunia. Melalui konferensi pers, Macron bahkan tak segan-segan mendukung pelanjutan penerbitan karikatur Nabi Muhammad SAW melalui media satire, Charlie Hebdo.
Hingga sekarang, berbagai demonstrasi terus terjadi di Perancis, baik itu demonstrasi yang mendukung tindakan oleh Samuel Paty, maupun demonstrasi dari warga Muslim. Bagi mereka yang sependapat dengan Samuel Paty, tindakan mengajar menggunakan karikatur Nabi Muhammad SAW. merupakan kebebasan berekspresi dalam Negara demokrasi. Tak tanggung-tanggung, mereka juga mengajak Muslim yang sependapat untuk turun aksi juga. Sedangkan sebaliknya, warga Muslim yang turun ke jalan bukan karena solidaritas terhadap pemenggal guru Sejarah tersebut, melainkan meminta untuk tidak menjadikan Nabi Muhammad SAW. sebagai bahan olok-olok dan tidak mengatakan bahwa Islam sebagai agama yang dekat dengan terorisme.
Sementara itu, ditengah persoalan ini sedang memanas, Wali Kota Nice, Christian Estrosi, pada hari Kamis (29/10) mengkonfirmasi bahwa telah terjadi serangan yang diindikasikan sebagai tindakan terrorisme dari pemuda yang tergabung dalam gerakan Islam-Radikal di Basilika Notre Dame, Nice. Pengklaiman pelaku sebagai bagian dari islam-radikal dilandasi dengan pernyataan dari berbagai saksi yang mendengar pelaku terus mengucapkan “Allahu Akbar” saat melangsungkan aksinya. Serangan yang juga menggunakan motif pemenggalan disebut sangat mirip dengan kejadian di Conflans Sainte Honorine – sekolah tempat Samuel Paty mengajar. Bahkan, seorang wanita tua hampir putus lehernya karena serang pisau pelaku.
Peristiwa di Basilika Notre Dame semakin memperpanjang konflik horizontal di Perancis. Bahkan, Masjid Pantin yang diduga sebagai basis gerakan islam-radikal di Kota Paris hari ini sudah ditutup oleh pemerintah Perancis. Memang, sejak peristiwa Charlie Hebdo pada Januari 2015, rentetan berbagai peristiwa konflik horizontal terus berlanjut.
Atas kejadian yang melanda Perancis ini, berbagai aktor berpengaruh dalam studi Hubungan Internasional memperlihatkan keberpihakan masing-masing. Dari internal Negara Perancis, Paul Pogba, pemain sepakbola Manchester United dikabarkan sebelumnya oleh Majalah The Sun bahwa akan pension dini dari timnas perancis, meskipun setelah itu dikonfirmasi tidak jadi. Selain itu, beberapa tokoh-tokoh dari Negara lain juga ikut mengecam. Bahkan, Presiden Turki, Reccep Tayib Erdogan juga meminta Presiden Perancis, Macron, untuk memeriksa kesehatan mentalnya karena memberikan penghargaan kepada guru sejarah yang telah menghina Nabi Muhammad SAW dengan dalih kebebasan berekspresi tersebut. Di Indonesia sendiri, Presiden dan para menteri juga ikut menyesalkan pernyataan Presiden Macron tersebut.
Tindakan pemboikotan produk-produk Perancis menjadi ancaman tersendiri bagi negara yang terkenal dengan Menara Eiffel tersebut. Seperti di Qatar, Bangladesh, dan sejumlah negara Timur Tengah menurunkan berbagai produk Perancis untuk tidak dijual lagi sampai Presiden Macron meminta maaf kepada Muslim di seluruh dunia. Namun, di Indonesia sampai hari ini masih belum ada gerakan nyata tentang pemboikotan tersebut. (ASK)