Ditulis oleh Adjie Surya Kelana, S.IP
Alumni Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Sumbarmadani.com – Matur merupakan sebuah Kecamatan yang berada di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dalam catatan sejarahnya, Matur menjadi daerah yang cukup penting dan vital pada masa perjuangan bangsa Indonesia. Tepatnya, pada masa perjuangan bangsa Indonesia melawan Agresi Militer Belanda II yang ingin lagi menguasai wilayah-wilayah Indonesia. Matur dijadikan sebagai sentral pertahanan karena memiliki topografi daerah perbukitan dan hutan hijau yang sangat potensial dijadikan lahan strategi perang gerilya pasukan Indonesia.
Berdasar pada referensi literatur ilmiah, Matur dahulunya dikenal sebagai daerah yang memiliki potensi masyarakat total-humanis. Jangankan untuk masyarakat pribumi, para pendatang ataupun pengungsi yang bukan Warga Negara Indonesia pun, masyarakat Matur akan membantu mereka semaksimal mungkin. Makanya wajar, jika hingga saat ini banyak penduduk transmigrasi yang nyaman dan bahagia untuk hidup dan menetap di daerah yang penuh dengan kehijauan ini. Selain itu, masyarakat Matur juga sudah menjalankan aktivitas pendidikan jauh sebelum Indonesia menerapkan sistem pendidikan.
Dahulunya, Matur menjadi salah satu daerah revolusioner Pemerintahan Republik Indonesia. Pada masa Agresi Militer Belanda II, Matur menjadi tempat yang sering dikunjungi oleh pemerintah Republik Indonesia, seperti Bung Hatta dan Syafruddin Prawiranegara. Kunjungan ke Matur tersebut bukan tidak ada alasan, para pemimpin negeri berkunjung ke Matur akan selalu dilayani seoptimal mungkin. Masyarakat yang dahulunya mayoritas bermatapencaharian sebagai petani dan biasa makan sekali sehari, jika kedatangan para pemimpin negerinya akan mereka suguhi semua sumber makanan yang ada di daerah mereka tersebut. Pun, dalam catatan historis, daerah yang memiliki kultur geografis sangat tinggi dan berbukit ini hanya berhasil diterobos oleh Belanda sebanyak tiga kali, artinya Matur secara potensi alam sangat bisa dijadikan benteng pertahanan Indonesia.
Melihat dua potensi besar tersebut, secara kultur sosial-masyarakat dan geografis daerah, Matur tentunya memiliki latar belakang yang sangat Indonesianis. Nasionalisme daerah Matur sangat menjunjung tinggi kebhinekaan dan selaras dengan misi besar Bangsa Indonesia, yaitu bangsa yang ramah dan menjunjung tinggi perdamaian. Makanya wajar, tulisan dari Anwar Harry St. Pamenan diberikan judul sebagai Matur: Mencari Kedamaian. Penunjukan judul tersebut dimaknai sebagai historikal daerah Matur pada dahulunya memang menjadi selalu diupayakan oleh Belanda untuk menerapkan strategi Devide et Impera namun sulit sekali untuk dioperasionalisasikan.
Akan tetapi, Matur hari ini menjadi pewaris Matur pasca PRRI. Pemberantasan tentara PRRI yang bermukim di Matur oleh Pasukan Apratur Negara Indonesia membuat tatanan sosial masyarakat yang dikenal gotong-royong berubah menjadi individualistik. Penyisiran secara ketat yang dilakukan oleh Negara kepada daerah ini membuat masyarakat saling curiga terhadap satu sama lain, apakah mereka termasuk kedalam barisan PRRI atau justru masuk kedalam barisan Negara. Alhasil, sikap dan sifat itulah yang kemudian terus mendarah daging hingga saat sekarang ini.
Pembagian wilayah jorong dan nagari berdasarkan petuah dari Kepala Kelompok secara hirarkis tidak bisa dilaksanakan lagi untuk saat ini. Dahulunya, Kepala Kelompok membagi tiga kelompok bagian untuk mengurusi daerah Matur, yaitu untuk maatur daerah Mudik (Matur Mudik), maatur daerah Hilir (Matur Hilir), dan maatur keamanan dari daerah perbatasan dengan cara membuat sebuah parit yang panjang (Parik Panjang). Akan tetapi, dikarenakan hilangnya jiwa sosial bersama tersebut, setiap kelompok tersebut akhirnya berfokus terhadap daerah pembagian masing-masing dan melupakan kepentingan bersama.
Corak kehidupan sosial yang telah mengalami distorsi tersebut berbuah hari ini. Kebiasaan masyarakat yang sangat humanis dan berpendidikan pada generasi hari ini. Bahkan, jika ditilik dari sisi politik, ekonomi, sosial, dan budaya, penting kiranya untuk kita melakukan otokritik bahwa ada yang bermasalah saat ini di Matur. Otokritik sejatinya bukan untuk mengeksploitasi problematika, melainkan adalah untuk menguraikan berbagai persoalan yang akan berakhir dengan pemecahan masalah sehingga melahirkan solusi-solusi alternatif untuk mewujudkan kesejahteraan dan pencapaian kepentingan bersama.
Maka dari itu, setidaknya ada beberapa persoalan Matur hari ini yang kiranya penting untuk dicermati secara bersama. Pertama, melakukan vitalisasi pendidikan umum, agama, dan adat budaya bagi generasi muda Matur. Saat ini, pendidikan surau tidak lagi jadi sentral-pendidikan di Matur. Bahkan, Balai Adat pun sudah berubah fungsi sebagai sarana murni-politis (pengambilan keputusan). Hasilnya, para generasi muda pun dominan hanya menjadikan sekolah umum sebagai sarana mendapatkan pengetahuan utama tentang segala hal. Maka dari itu, pembelajaran tentang agama dan adat budaya sudah bisa dipastikan minim untuk diketahui bahkan dipahami. Sehingga, ini perlu menjadi kajian bersama bagi Tungku Tigo Sajarangan agar berbagai penyakit masyarakat (social illness) yang terjadi pada generasi muda hari ini dapat diminimalisir hingga dihilangkan.
Kedua, kultur sosial gotong-royong masyarakat Matur harus dilakukan re-orientasi lagi. Pemahaman tentang Matur Zaman Dulu perlu kiranya diedukasi lagi kepada generasi muda Matur guna mengembalikan gezah berkehidupan sosial. Tradisi welcoming dan saling bahu-membahu Matur pada zaman dahulu mesti dijadikan filosofi sosial berkehidupan di negeri Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah ini. Re-orientasi ini harus bisa ditanamkan kepada generasi penerus yang akan menetap di kampung maupun yang akan merantau. Sehingga, dengan doktrin filosofi sosial itulah, peradaban Matua Saiyo dapat diwujudkan kembali.
Ketiga, kultur politik masyarakat Matur yang sangat menghargai para petinggi kaum/kelompok mesti divitalkan. Pemilu 2019 sudah menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat Matur. Minimnya delegasi Matur yang menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Agam harus dijadikan evaluasi besar-besaran untuk membuat rekomendasi politik kedepannya. Kebijakan yang jarang berpihak ke daerah Matur menjadi konsekuensi logis dari hasil politik 2019 tersebut. Lihat saja dengan kondisi infrastruktur dan suprastruktur Matur yang hari ini tidak jauh berbeda dengan yang bisa kita lihat 20 tahun yang lalu. Sungguh ini menjadi kondisi yang sangat miris bagi kita bersama.
Keempat, Matur sejak dahulu sangat dikenal sebagai daerah yang mandiri. Sekolah-sekolah dan Masjid yang ada di Matur sangat banyak dibangun secara bersama tanpa ada bantuan dari pemerintah ataupun pihak lain. Semuanya berasal dari inisiatif masyarakat secara komunal yang bekerja dengan gotong-royong. Pun jika dilihat dengan kondisi hari ini, semangat inisiatif tersebut mesti diulangi lagi. Harga BBM yang naik memporak-porandakan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Fasilitas jalan raya yang rusak parah pun membuat pengeluaran untuk perbaikan transportasi pribadi dan juga mengancam keselamatan masyarakat yang berkendara di jalan tersebut. Tentunya, inisiatif bersama masyarakat Matur menyaksikan kondisi ini mesti ditingkatkan, dan tentunya juga berkaitan dengan aspek ketiga yang penulis sampaikan, mesti ada selanjutnya Perwakilan Rakyat yang berasal dari Matur hadir berdasarkan rekomendasi atau petuah dari Kepala-kepala Kaum/Kelompok di Matur agar kesejahteraan bersama dapat diwujudkan.
Sebenarnya, banyak lagi evaluasi dan rekomendasi yang akan penulis sampaikan pada tulisan singkat ini. Namun, untuk pemantik awal, penulis sampaikan garis-garis besar terlebih dahulu agar nantinya dapat dilanjutkan pada tulisan-tulisan berikutnya yang bersifat progresif dan berkemajuan. Sebagai putra yang berasal dan besar di Matur, tulisan ini merupakan bentuk dedikasi penulis agar Matur dapat maatur kembali peradaban yang sempat dibangun pada masa dahulu. Matur yang hari ini sudah diatur bukanlah kultur Matur yang sebenarnya. Sudah saatnya dari sisi sosial, pendidikan, ekonomi, adat dan budaya, bahkan politikpun, Matur sudah harus bisa maatur kulturnya secara mandiri. Terimakasih.