Sumbarmadani.com– Dalam arena politik kampus yang sering kali digembar-gemborkan sebagai tempat bersemangat dan kritis, ironi tersembunyi seringkali menanti untuk diungkap. Salah satu ironi yang paling mencolok adalah ketika organisasi mahasiswa dengan vokalitasnya yang lantang dalam mengkritik pemerintah atau institusi lain ternyata memiliki kekurangan atau praktik yang mirip dengan yang mereka kritik. Fenomena ini tidak hanya membingungkan, tetapi juga mengundang pertanyaan yang mendalam tentang integritas dan konsistensi dalam advokasi mereka.
Organisasi mahasiswa atau disingkat ormawa sering dianggap sebagai suara kritis dari generasi muda yang secara tradisional dipandang sebagai agen perubahan dan harapan bangsa. Dengan semangat yang berkobar-kobar, mereka memperjuangkan hak-hak mahasiswa, menyuarakan aspirasi kritis, dan menuntut akuntabilitas dari pemerintah dan institusi lainnya. Namun, dibalik tirai kegairahan dan idealisme, tersembunyi cerita yang jarang diceritakan, cerita ini sangat jauh dari cita cita bangsa indonesia.
Misalnya, mereka yang keras dalam menuntut transparansi dan akuntabilitas dari pemerintah seringkali gagal untuk memberikan transparansi yang sama dalam pengambilan keputusan internal mereka sendiri. Praktik-praktik seperti ini merusak kepercayaan publik dan mengikis legitimasi ormawa sebagai agen perubahan yang kredibel.
Tidak hanya itu, kecenderungan untuk melakukan praktik nepotisme juga sering ditemukan di dalam ormawa. Pemilihan anggota pengurus atau pemberian posisi penting seringkali didasarkan pada hubungan personal dari pada kualifikasi dan kompetensi. Ironisnya, hal ini bertentangan dengan nilai-nilai meritokrasi dan kesetaraan yang sering kali mereka tuntut dari pemerintah atau institusi lain.
Dalam banyak universitas, pemilihan Majelis Wali Amanat (MWA) adalah momen penting dalam menentukan arah dan kebijakan institusi. MWA yang melibatkan unsur mahasiswa merupakan wadah untuk menyuarakan kepentingan dan aspirasi mahasiswa di tingkat tertinggi universitas. Namun, seringkali pemilihan ini tidak berjalan mulus dan mengalami kendala, seperti perpanjangan waktu pendaftaran yang tidak terduga. Hal seperti ini terjadi di Universitas Andalas dalam pemilihan calon anggota Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa.
Perpanjangan waktu pendaftaran dalam pemilihan MWA menciptakan keraguan akan konsistensi ormawa pernyelanggara dalam menjalankan proses demokratis yang adil. Ormawa yang vokal dalam menyerukan prinsip-prinsip demokrasi dan transparansi harus dapat mempraktikkannya secara konsisten dalam proses internal mereka sendiri. Ketika mereka gagal melakukannya, hal ini menciptakan ironi yang mencolok dan meragukan legitimasi mereka sebagai agen perubahan yang kredibel, seperti yang telah saya bahas diatas tadi.
Kemudian perpanjangan waktu pendaftaran juga menimbulkan pertanyaan tentang transparansi dalam pengelolaan proses pemilihan MWA. Apakah keputusan untuk memperpanjang waktu diambil secara terbuka dan didiskusikan dengan UKM atau UKMF yang akan menjadi peserta sidang pemiliahan MWA nantinya? Kurangnya transparansi dalam hal ini dapat merusak kepercayaan mahasiswa terhadap ormawa dan mengurangi legitimasi hasil pemilihan yang dilakukan.
Yang lebih lucunya skenario seperti ini telah terjadi disetiap pemiliahan Presiden Mahasiswa Universitas Andalas. Dan hal seperti ini juga di terapkan di pemilihan MWA Unsur Mahasiwa Universitas Andalas. Agaknya Injury Time adalah sebagai pemetaan lawan yang dilakukan oleh elit elit yang sedang memimpin sekarang.
untuk menyusun dan menjalankan skenario kotor seperti ini tak perlu kepintaran dan kecerdasan yang diperlukan cuman dua, mental culas dan tahan malu.
Bivitri Susanti
Dan yang tidak kalah penting, di Universitas Andalas ada yang dinamakan dengan negara 3 Sebaris. Dalam hal ini BEM yang telah berpisah dari BEM-KM Universitas Andalas yang masalah nya tidak kunjung selesai. Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah apakah BEM 3 Sebaris tersebut beserta UKMF yang didalamnya akan di undang nantinya saat pemilihan. Ini menjadi sebuah pertanyaan yang disebabkan tahun kemarin hal seperti ini terjadi.
Dan pertanyaan mendasar satu lagi adalah, apakah yang akan dilakukan oleh penyelenggara pemilihan MWA Unsur Mahasiswa kedapannya. Apa saja kejutan atau skenario yang akan terjadi kedepannya. Mari sama sama kita nantikan.
Ditulis Oleh: Kevin Philips
Tulisan ini sepenuhnya hak milik Sumbarmadani.com