Sumbarmadani.com – Pada Rabu 17/08/22 Linikala mengadakan diskusi seputar Sungai Batang Arau, yang di hadiri oleh Yudha Putra selaku Ketua Forum Komunitas Peduli Sungai Sumatera Barat, Andre Bustamar selaku Koordinator Riset WALHI Sumatera Barat, Michell Rohmann selaku ahli Hydrologist dari Jerman dan para aktivis mahasiswa Padang.
“Sungai batang arau banyak meninggalkan legenda dan sejarah penggilan Jepang di masa lalu, dimana salah satu legendanya adalah Siti Nurbaya, Malin Kundang di Pantai Air Manis dan peninggalan bangunan-bangunan Jepang di masa lampau. Batang arau juga dikenal dengan Wisata di Kota Padang seperti Jembatan Siti Nurbaya yang sudah dikenal sampai pada tingkat Nisional,” ujar Yudha Putra.
Selanjutnya juga Yudha menyebutkan, kini sungai batang arau tidak lagi aman, dikarenakan ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti tercemarnya air sungai dikarenakan limbah pabrik dan buang sampah sembarang, yang mengakibatkan tercemarnya sungai batang arau.
Yudha juga sudah menyampaikan beberapa kali kepihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V Padang, namun balum ada respon terhadap sungai batang arau tersebut. Yudha berharap semoga batang arau segera di perbaiki agar tidak terjadi pencemaran air oleh Pemerintah Daerah.
Koordinator Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Barat Andre Bustamar menyampaikan, sebenarnya WALHI tidak punya kewajiban untuk mengingatkan pemerintah, seharusnya pemerintah udah tau akan sungai batang arau yang tercemar. Karena WALHI berdiri atas dasar hak ekologis bagaimana masyarakat mendapatkan hak hidup yang sehat dan baik tentang lingkungan, ujarnya.
Lanjutnya, “WALHI sudah beberapa kali advokasi, yang sekarang berjalan adalah advokasi tentang bagaimana anggaran tentang sampah itu bisa di tingkatkan, baik itu di Kota Padang selaku Ibu Kota Provinsi ataupun Pemerintah Daerah di Sumatera Barat. WALHI juga menyapaikan tentang anggaran untuk pengelolahan sampah pertahunnya, itu tidak ada yang lebih dari 10 % terutama kota-kota besar di Sumatera Barat seperti Padang, Bukittinggi, Panyakumbuh dan lain sebagainya.
Andre juga menyampaikan data yang mereka dapat bahwa ada 640 ton sampah per-hari yang ada di Kota Padang, sekitar 500 berakhir di TPA Air Dingin dan TPA ini akan penuh di tahun 2024-2025 jika belum ada rencana dari pemerintah untuk pengelolaan sampah di Air Dingin. Selebihnya, 140 ton itu berakhir di slokan sungai dan dibebarapa tempat di Kota Padang.
Dari beberapa Daerah di Indonesia sudah mencontohkan bagaimana pengelolaan sampah yang baik dan benar, bukan hanya ditimbun di TPA sehingga TPA itu penuh dengan sampah. Akan tetapi dikelola dan di jadikan sebagai pupuk organic baik itu nantik pengelolaan suwasta maupun oleh pemerintah setempat. Kalau di Padang semua sudah dibagi oleh ibu-ibu, mulai dari organic maupun non organic tetapi sampai di TPA ini digabungkan kembali oleh pekerja dikarena tidak ada pengelolaan sampah yang lainnya.
Andre juga menyampaikan apa yang sedang dikerjakan WALHI pada saat sekarang ini, yaitu bagaimana anggaran pengelolaan sampah, karena anggaran sampah yang paling pelik di pemerintah Kota Padang dikerana masalah dana. Sebenarnya, ini bisa dipertanggung jawabkan oleh pihak perusahaan atau kita juga bisa kerja sama dengan perusahaan. Agar sampah tidak lagi bertebaran dimana-mana sehingga sungai batang arau bersih dan sehat kembali,” pungkasnya.
“Michell Rohmann juga menyampaikan, bahwa ada dua permasalah terbasar di padang, yakni yang pertama masalah limbah pabrik, yang kedua masalah sampah yang bertebaran dimana-mana. Akibat dari pada pembuangan sampah kesungai menjadikan air batang arau tercemar. Michell berharap pemuda dan pemudi bisa berkolaborasi dengan pemerintah setempat agar masalah sampah dan limbah ini bisa segera berakhir. Dan tidak ada lagi sungai yang tercemar,” ujarnya.
Jadi, mereka berharap ini bisa diselesaikan oleh Pemerintah Kota Padang, agar masyarakat aman dan damai dari lingkungan yang tidak baik. Baik dari segi air, udara dan sampah yang ada di batang arau maupun Kota Padang itu sendiri. (SH)