Sumbarmadani.com-Sejarah penting perjuang pasca kemerdekaan Republik Indonesia (RI) tahun 1945 pernah terjadi di Kota Padang, untuk mempertahankan kemerdekaan pasca proklamasi sejumlah tempat di Kota Padang menjadi lautan darah.
Pada periode tahun 1945 hingga 1949 lebih dari 30 peristiwa penting yang terjadi di Kota Padang, ini dibuktikan dengan dibangunnya lebih dari 30 tugu perjuangan yang ada di 11 kecamatan di Kota Padang.
Marshaleh Adas, salah seorang Pengelola Arsip Dinas Kepustakaan dan Kearsipan Kota Padang menuturkan, 73 tahun pasca kemerdekaan menyisakan sejumlah peristiwa terlebih lagi saat tentara Belanda membonceng dengan pasukan Netherland Indies Civil Administration (NICA) untuk menduduki Kota Padang.
Kata Marshaleh Adas, sejarah perjuangan di Kota Padang tidak kalah heroik dengan daerah lain, seperti tahun 1946 juga pernah terjadi “Padang Lautan Api”. Oleh sebab itu penting sekali bagi generasi sekarang untuk mengetahui setiap monumen tugu perjuangan lengkap dengan sejarahnya.
“Saat ini tidak banyak lagi siswa atau mahasiswa Kota Padang yang mengetahui sejarah tugu perjuangn tersebut, bagaina kita bisa berharap dengan generasi saat ini jika sejarah daerahnya saja mereka tidak mengetahuinya,” ujar Marshaleh di Padang, Sabtu, (18/8/2018).
Lebih lanjut, ia menceritakan sejarah Tugu Permindo. Kita bisa lihat apakah siswa mengetahui sejarah perguruan menengah Indonesia (Permindo), ” Kebanyakan siswa dan mahasiswa yang saya temui menyangka bahwa Tugu Permindo tersebut merupakan jalan menuju ke Permindo, padahal tidak seperti demikian,” sebutnya.
Permindo itu, merupakan cikal bakal berdirinya SMP I, ketika masa penjajahan pendidikan dikuasai dan didominasi oleh orang-orang Belanda, beberapa orang Republiken berinisiatif mendirikan sebuah sekolah, terbuka untuk bagi siapa saja, ” Sekolah PGAI sekarang merupakan sekolah yang dibangun untuk menentang dominasi orang Belanda dalam dunia pendidikan,” ulasnya.
Selain Tugu Permindo, ada Tugu Pasa Banda Buek (Pasar Banda Buat) yang membuktikan kekejaman Belanda saat itu, kejadian ini setelah proklamasi kemerdekaan di Jakarta. Dimana pesawat Mustang Belanda menjatuhkan bom dan menembak sejumlah pedagang dan tentara di Pasar Banda Buat.
“Butuh 5 hari untuk mengevakuasi jenazah dari pasar, dan ketika evakuasi pun tentara Belanda tetap melakukan penembakan terhadap warga yang hendak mengevakuasi jenazah, kejadian ini diabadikan dengan mendirikan tugu Pasar Banda Buata,” beber Marshaleh.
Selain itu, ia juga menyebutkan tentang kegigihan Pemuda Syarif melawan Belanda pasca kemerdekaan, ia terbunuh di tahun 1947 dan perjuangannya diabadikan dengan mendirikan Tugu Pemuda Syarif di depan Plaza Andalas.
“Perjuangannya membangkitkan semangat pemuda Koto Marapak melawan Belanda setelah kemerdekaan,” sebutnya.
“Banyak lagi tugu yang memiliki sejarah yang hampir tidak diketahui oleh masyarakat, seperti sejarah Tugu Simpang Tinju yang disinyalir merupakan tempat terbunuhnya Bagindo Aziz Chan, belum lagi tugu yang berada di taman Rimbo Kaluang,” ujarnya.
Ia juga berharap generasi muda lebih banyak membaca literasi sejarah lokal, agar semangat nasionalisme tersebut benar-benar melekat dalam diri generasi muda.
“Kita tentu tidak menginginkan peringatan HUT RI hanya sebagai ajang seremonial saja,” ujarnya. (*/RJU)