Sumbarmadani.com-Bank Indonesia (BI) Sumatera Barat menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut untuk tahun 2024, yang diperkirakan berada pada kisaran 4,63% hingga 5,43% (yoy). Meskipun optimistis, Deputy Kepala Perwakilan BI Sumbar, Kristoveny, menekankan perlunya tetap waspada terhadap faktor penghambat perekonomian baik di tingkat global maupun nasional.
Pada acara Pertemuan Tahunan BI, Kristoveny mengungkapkan bahwa sejumlah faktor risiko seperti perlambatan ekonomi global, suku bunga yang relatif tinggi, dan tensi geopolitik perlu diwaspadai. Dalam konteks risiko harga, inflasi di Sumatera Barat tahun 2024 diperkirakan tetap terjaga pada kisaran 2,5 ± 1% (yoy), didukung oleh peningkatan produksi pertanian dan produktivitas barang dan jasa.
“Inflasi ke depan tetap dihadapkan oleh berbagai risiko seperti kondisi cuaca dan menguatnya ketidakpastian kondisi global. Untuk itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat respons kebijakan moneter serta koordinasinya dengan pemerintah guna memastikan inflasi tetap terkendali,” lanjut Kristoveny.
Untuk menopang pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, BI Sumbar memberikan lima rekomendasi:
1. Optimalkan Produktivitas Pertanian: Fokus pada intensifikasi pertanian dengan menerapkan teknologi pertanian modern dan praktek berkelanjutan untuk meningkatkan produksi pertanian.
2. Kembangkan Ekonomi Kreatif dan Pariwisata: Dukung secara konsisten dan berkelanjutan demi menjaga momentum peningkatan kinerja pariwisata.
3. Dorong Realisasi Investasi: Bentuk West Sumatera’s Investment Center untuk promosi investasi yang lebih efektif dan harmonisasi peraturan di daerah.
4. Industrialisasi Komoditas Unggulan: Tingkatkan pengembangan industri komoditas unggulan seperti kopi, kakao, kelapa, gambir, rempah-rempah, dan hasil perikanan.
5. Kembangkan Ekonomi Berkelanjutan dan Digital: Perluas kanal pembayaran nontunai pada sektor swasta dan transaksi pemerintah, terutama di bidang pariwisata.
Sementara itu, terkait pengendalian inflasi, BI merekomendasikan tiga langkah:
1. Optimalkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP): Perkuat sinergi dan inovasi dalam pengendalian inflasi komoditas pangan strategis.
2. Dorong Pengendalian Inflasi Terintegrasi: Mulai dari hulu dengan implementasi pertanian organik dan digital, hingga hilir dengan optimalisasi distribusi pangan.
3. Penguatan Data dan Neraca Pangan: Tingkatkan kualitas data dan neraca pangan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan pengendalian inflasi.
Kristoveny menekankan pentingnya sinergi kebijakan antar berbagai otoritas terkait untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks, sehingga perekonomian dapat terus mendorong pertumbuhan yang berdaya tahan. Pada triwulan III 2023, ekonomi Sumatera Barat tumbuh sedikit melambat menjadi 4,30% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,14% (yoy). Meskipun demikian, pertumbuhan kumulatif hingga triwulan III 2023 mencapai 4,75% (ctc), meningkat dari 4,43% (ctc) tahun lalu. (*)