Sumbarmadani – Saya adalah seorang guru di SMA Negeri 2 Sebulu di Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara tepatnya di Provinsi Kalimantan Timur. Sekolah kami adalah sekolah yang terlatak di suatu daerah yang jauh dari perkotaan. Lingkungan sekolahnya terletak di tengah perkampungan daerah transmigrasi tahun 80-an, sekolah kami dikelilingi oleh perkebunan sawit, karet dan persawahan. Namun sekolah kami terkesan mewah dibandingkan sekolah lainnya yang berada di daerah tersebut. Sekolah kami bernuansa hijau segar dan disamping itu halaman sekolahnyapun sangat luas sehingga di juluki oleh pejabat setempat dengan sebutan one thousand flower atau sekolah seribu bunga, selain itu sekolah kami memiliki slogan SMANDALU SMART.
Entah apa yang telah terjadi di duniaku ini. Masa pandemi belum juga diakhiri hingga detik ini ditahun 2021. Hampir semua kegiatan terhenti tidak terkecuali dengan Pendidikan. Pendidikan yang selama ini menjadi tulang punggung negara sempat terlumpuhkan oleh pandemi yang dinamakan COVID 19. Hari demi hari dilalui oleh para peserta didiku untuk mencari ilmu namun hanya dapat melalui dunia maya yang terkadang menyulitkan mereka untuk mendapatkannya. Keluhan peserta didik yang terkadang membuatku merasa sedih melihat kondisi yang ada. Banyak peserta didik yang mengeluhkan HP tidak mendukung dengan kegiatan ONLINE, ada yang tidak memiliki biaya untuk membeli HP maupun kuota, ada yang mengeluhkan sinyal tidak ada di daerahnya. Saya dapat memaklumi kondisi ini dikarenakan peserta didikku masuk dalam ekonomi menengah kebawah dan daerah kami yang lumayan jauh dari perkotaan, daerah yang dikelilingi oleh hutan, perkebunan sawit, perkebunan karet, jati bahkan tambang batu bara.
Peserta didik disekolah kami cukup banyak, terdiri dari 18 kelas atau 18 rombel yang 1 rombelnya terdidi dari 34 siswa. Peserta didik di sekolah kami berasal dari berbagai daerah dan suku. Begitupun guru pengajarnya pun berasal dari berbagai daerah dan kami selalu berusaha untuk selalu SMART mengikuti setiap perkembangan yang terjadi didunia Pendidikan. Tidak terlepas dimasa pandemi ini hampir semua guru tetap masuk sekolah walaupun siswanya belajar dari rumah, memang terasa sepi dan terasa ada yang hilang dari sebuah kebiasaan saat tidak pandemi, menatap ruang ruang kelas yang kosong dan kadang terbengkalai dengan ketidak hadiran peserta didikdimasa pandemi.
Saya mencoba untuk mengetahui sebenarnya cita cita peserta didikku di saat pandemi ini apakah mereka tetap bersemangat untuk menggapai cita citanya atau bahkan sebaliknya tidak lagi mengharapkan cita citanyadikarenakan keadaan pandemi. Dari hasil survey yang saya lakukan dari peserta didik sejumlah kurang lebih 309 dari kelas X dan XI baik MIPA maupun IPS tahun 2021, mendapatkan berbagai macam cita cita yang diinginkan peserta didik. Walaupun dengan masa covid ini.
Dari jumlah diatas yang bercita cita menjadi guru terhitung masih sedikit sekali, mereka yang tidak berminat keguru karena kurang bergengsi, gaji kecil. Peserta didik lebih memilih pilot, dokter, polisi karena dari sebagian mereka menganggap cita cita itu sangat bergengsi dan sebagian lagi mereka tulus karena ingin menyehatkan masyarakat Indonesia, membela dan mempertahankan NKRI.
Walaupun mereka belajar dimasa pandemi tanpa bertatap muka dengan gurunya ternyata mereka juga memiliki berbagai harapan dan cita cita yang besar. Saya sebagai guru yang mengampu mata pelajaran PKWU berusaha membekali mereka dimasa pandemi ini dengan ilmu yang mungkin dikemudian hari bisa mereka gunakan untuk menggapai cita citanya. Begitu pula terhadap anak saya yang mengalami Pendidikan dimasa pandemi. Mereka selalu mengalami titikkejenuhan untuk mengerjakan tugas yang terkadang tidak dimengerti oleh mereka, sama seperti peserta didikku yang mengalami kesulitan dalam mencerna materi yang telah diberikan walaupun sudah melalui video pembelajaranmaupun vicon atau zoom.
Kehadiran seorang guru sulit sekali di gantikan oleh media digital atau robot karena alat tersebut tidak memiliki rasa dan karsa. Tidak bisa memberikan tauladan, tidak bisa memberikan perhatian, tidak bisa memberikan bimbingan karakter. Terkadang peserta didik tidak mengambil dari sisi positifnya dari digital justru banyak sekali sisi negatifnya seperti peserta didik semakin malas mengerjakan tugas karena sudah terlalu asik bermain game, selain itu peserta didik sulit bersosialisasi terhadap sesamakarena mereka berbincang hanya melalui digital dan permasalahan lainnya.
Dimasa pandemi ini banyak sekali peserta didik saya yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik dikarenakan mereka memilih bekerja daripada bersekolah dari rumah yang sulit untuk menghasilkan apapun.prinsipmereka dengan bekerja mereka akan bisa mendapatkan enghasilan dan bisa digunakan untuk membantu kebutuhan orang tua mereka juga bisa untuk membeli pulsa. Terkadang mereka lupa akan kewajiban mereka untuk mencari ilmu dan mereka terlena dengan bisa menghasilkan uang sehigga terkadang mereka memilih untuk tidak bersekolah lagi. Bahkan ada yang memilih untuk menikah dini karena pengaruh dari kondisi dan keadaan perekonomian keluarga.
Saya sebagai orang tua menyarankan kepada anak kami untuk menjadi guru bagi yang perempuan, tetapi mereka tidak menginginkan cita cita itu dengan alasan Lelah melihat orang tuanya yang sudah menjadi guru dengan sepenuh jiwa, waktunya hanya untuk dunia Pendidikan sehingga kurang bisa memperhatikan putra putrinya. Dan menjadi seorang guru selalu dituntut untuk mencerdaskan anak bangsa, jadi mereka memilih untuk berwiraswasta dengan mendirikan usaha sendiri dan membuka lapangan pekerjaannya sendiri. Untuk itu dimasa pandemi ini juga putra putri saya sedikit banyak saya bekali life skill sesuai dengan cita citanya contohnya anak petama saya ingin memiliki butik dan konveksi sendiri kemudian saya bekali mereka dengan ilmu yang berkaitan dengan hal tersebut. Begitu pula dengan anak saya yang lainpun saya bekali mulai dari beternak Rumania karena ingin menjadi peternak sukses, ini terinspirasi dari video yang sering saya suguhkan kepadanya untuk mengurangi bermain gadget. Dan yang lain ingin menjadi chef yang memiliki lestoran sendiri inipun lagi lagi terinspirasi dari video yang Kembali saya suguhkan ke mereka.
Saya sendiri memilih menjadi seorang guru karena memang sudah menjadi cita cita saya dikarenakan hobi saya yaitu membaca, dan selalu ingin mengembangkan ilmu pengetahuan saya. Dan tujuan saya menjadi guru selain menambah ilmu saya juga ingin ikut mencerdaskan anak bangsa. Saya terkadang menginginkan peserta didik saya untuk hadir kesekolah jika mereka tidak memahamimapel yang saya berikan mereka dengan tujuan mereka paham dan bisa menjadikan bekal mereka dimasa depan. Masa pandemic ini memang sulit sekali dihindari, setiap akan dilaksanakan PTM atau pertemuan Tatap Muka ada saja kendala yang dihadapi diantaranya munculnya varian baru virus covid sampai akhirnya terjadilah PPKM dan selain itu baik siswa dan guru serta orang tua siswa yang terkena virus tersebut hingga pergi untuk selamanya.
Harapan saya dimasa pandemi ini, semoga pandemi ini segera berakhir dan menjadi normal kembali bersamaan dengan digencarkannya vaksin oleh pemerintah, semoga virus ini segera menghilang. Dan Pendidikan Kembali berjalan seperti sedia kala, peserta didik tetap bersemangat mencari ilmu guna mencapai cita citanya. Utamakan Pendidikan selamatkan generasi anak bangsa.
Karya: Nuraini Indrawaty, S. Pd.