Sumbarmadani.com – D’Khalif Institute berkolaborasi bersama Cita Technologi menyelenggarakan talkshow bisnis pada Minggu (12/6). Kegiatan ini diselenggarakan via Zoom Meeting dan juga disiarkan langsung melalui kanal YouTube Senarai TV. Kegiatan talkshow ini mengambil tema “Bisnis Digital dan Implementasi Teknologi Block Chain”. Narasumber yang dihadirkan adalah Dimas Harris Sean Keefe (PhD program in Internasional Trade and Commerce Pusan National Univercity, Korea) dan Pebriyansah (Direktur Operasional PT. Alko Sumatera Internasional). Kegiatan ini juga dimoderatori langsung oleh Yohan Fitriadi (Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPI YPTK Padang).
Dimas Harris Sean Keefe menyampaikan bahwa jika berbicara persoalan bisnis digital, hal yang melatarbelakanginya adalah tuntutan dari wabah Covid-19 selama dua tahun ke belakang. Covid-19 memaksa segala aktivitas harus dilakukan secara daring. Bahkan, dunia bisnis sendiri juga mengalami transformasi. Kegiatan yang awalnya dilakukan secara konvensional harus beralih ke pemasaran digital. Sehingga, pemasaran digital menjadi kebutuhan dari semua lini.
Dian Eka Putri selaku Direktur D’Khalif menyampaikan bahwa sebagai pelaku bisnis, ia merasa tertinggal dengan teknologi yang berkembang hari ini. Kebutuhan terhadap pasar digital sudah sangat terasa dan harus di pahami oleh semua kalangan. Menurutnya, kerjasama antara D’Khalif Institute bersama Cita Technologi tidah hanya sampai di sini saja. Namun ,akan berlanjut dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dalam penggunaan digital terutama di bidang bisnis.
“Kita akan coba melahirkan generasi muda yang akan mengambil peran besar untu terjun langsung ke dunia bisnis digital dan dapat menghasilkan profit. Tidak hanya generasi muda saja, tapi generasi tua pun tidak menutup kemungkinan untuk turut memahami dan terjun langsung dalam bisnis digital,” ucapnya.
Disampaikan Dimas Harris Sean Keefe, hal yang harus diperhatikan dalam bisnis digital adalah, bagaimana kita bisa membuat value dari bisnis tersebut. Harus ada value yang dibawa untuk mempromosikan bisnis yang sudah dimulai ketika memilih terlibat dalam dunia digital (transormasi digital).
“Inti dari transformasi digital bukanlah menjadi digital, tapi menghasilkan nilai bagi bisnis. Seberapa cepat kita mencoba memulai dan konsisten untuk mem-branding produk yang kita punya, dengan tujuan bersaing dengan teknologi baru dalam bisnis. Selain itu kolaborasi juga menjadi kunci untuk menjalankan bisnis,” paparnya.
Dimas juga menjelaskan ada 3 hal yang harus di lakukan ketika ingin memulai bisnis digital yakni memprioritaskan inisiatif digital. Hal ini artinya adalah mengetahui produk digital yang akan dijual, apakah dengan membuat bisnis baru atau mengubah bisnis saat ini. Selanjutnya, dampak yang lebih baik pada keuangan. Menurutnya, keberhasilan bisnis terjadi ketika ada penambahan profit sebesar 15-20 % dari total pemasukan selama setahun atau peningkatan keuangan perusahaan. Kemudian, terintegrasi peta jalan Top-Down. Hal ini berarti menghapus konsentrasi strategi di area tertentu dengan membuka peluang bisnis serta target pasar seluas mungkin.
Sejalan dengan Dimas Harris Sean Keefe, Pebriyansah juga melihat bahwa dahulu digitalisasi berada pada nomor urut 12 dalam bisnis. Sedangkan sekarang digital barangkali sudah menjadi posisi pertama dalam peluang bisnis. Perkembangan teknologi block chain dan aset digital mulai berkembang dan diminati di Indonesia. Sayangnya, kedua hal tersebut masih terdengar asing untuk sebagian kalangan. Block chain mulanya dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akan sistem yang efisien, hemat biaya, handal dan aman. Block chain adalah sistem penyimpanan data digital berisikan catatan yang terhubung melalui kriptografi.
“Jika kita bawakan ke bisnis kopi saya, bagaimana kita mengadopsi sistem block chain di bisnis kopi yang sedang dijalani sekarang. Apakah akan meningkatkan value atau tidak. Dalam bisnis pertanian, ada sekitar 43 % produk hasil pertanian yang tidak memiliki pasar. Ketika sistem ini kita gunakan dalam bisnis pertanian, tidak ada lagi yang namanya hasil tani yang tidak terjual. Petani tidak lagi kesulitan untuk mencari pasar sehingga ketika sudah panen tidak bingung memikirkan kepastian siapa yang akan membeli. Konsumen pun diuntungkan dengan kejelasan dan transparansi produk yang akan mereka beli. Sehingga, tidak ada terjadi manipulasi produk. Tidak hanya itu, konsistensi harga juga akan terjaga,” paparnya.
Selain itu, Pebriyansah juga menjelaskan bahwa ketertelusuran untuk standar halal juga lebih terjamin. Kepastian halal suatu produk tidak bisa dijamin dengan hanya label halal saja. Block chain bisa menjadi solusi untuk mendapatkan jaminan halal tersebut. Hal ini dikarenakan melalui block chain kita bisa menelusuri dari mana produk berasal, apa bahan bakunya, bagaimana distribusi dan pengemasannya serta data-data mengenai produk bisa dicari tahu secara transparan. Block chain tidak hanya digunakan dalam bidang bisnis produk atau barang fisik, namun juga bisa di gunakan dalam bisnis jasa, seperti mengatur sistem keuangan, administrasi pemerintahan bahkan semua lini bisnis yang ada. (CL)