Sumbarmadani.com- Isu konflik antara Israel dan Palestina semakin mengkhawatirkan dengan terus berlanjutnya serangan udara yang telah mengakibatkan korban jiwa yang tragis. Pertahanan sipil Palestina dihadapkan pada situasi sulit, di mana mereka harus memilih antara waktu yang panjang untuk mengambil jenazah yang terkubur di reruntuhan bangunan atau segera menyelamatkan mereka yang masih hidup.
Saifan, anggota pertahanan sipil Gaza, menggambarkan betapa sulitnya situasi di bawah reruntuhan. Penentuan prioritas selalu diarahkan pada penyelamatan yang masih bernapas di antara reruntuhan, meskipun hal ini membutuhkan waktu berjam-jam. Mereka tidak akan pernah meninggalkan korban hidup di bawah reruntuhan.
Keterbatasan bahan bakar untuk bulldozer, yang digunakan untuk membersihkan puing-puing dan mencari korban, semakin memperburuk krisis. Di beberapa daerah seperti Shujaiya, bangunan dihancurkan tanpa peringatan sebelumnya, meninggalkan keluarga yang hancur dan banyak korban yang masih terperangkap.
Dilaporkan bahwa ratusan orang terkubur di bawah reruntuhan. Kurangnya peralatan penyelamatan membuat pertahanan sipil Palestina harus memprioritaskan penyelamatan orang yang masih hidup daripada mengambil jenazah.
Dengan jumlah korban yang terus meningkat, terutama perempuan dan anak-anak, konflik yang dimulai sejak 7 Oktober telah menewaskan setidaknya 8.000 orang di Gaza. Selain itu, sekitar 1.400 warga Israel tewas dan lebih dari 200 orang disandera sebagai respons atas serangan Hamas yang sebelumnya belum pernah terjadi di kota-kota Israel selatan.
Kisah kemanusiaan yang memilukan ini menunjukkan betapa sulitnya bagi pertahanan sipil Palestina dalam memilih antara mengambil jenazah atau memberikan prioritas pada penyelamatan mereka yang masih hidup di bawah reruntuhan, sementara keterbatasan peralatan dan sumber daya semakin mempersulit situasi yang sudah tragis ini.(*),