Sumbarmadani.com – Pengurus Keluarga Alumni HMI (Kahmi) Sumatera Barat (Sumbar) mengadakan kegiatan Diskusi Bulanan Dewan Pakar Kahmi Sumbar dengan tema “Reorientasi Kader HMI/Kahmi dan Perannya Dalam Pembangunan Bangsa”, Rabu (13/7/22), via Zoom Meting.
Manimbang Kahariady, Sekretaris Jendral (Sekjen) Kahmi Nasional menyatakan, ada 4 esensi pribadi seorang kader Islam dalam Q.S. Al- An’am ayat terakhir, yakni akarnya menancap kuat, pohonnya berdiri kokoh, bunga dan buahnya lebat, serta dahannya bercabang banyak.
“Kita pernah bahkan sampai sekarang masih mengalami surplus kaderisasi karena kita menyaksikan bersama semangat adik-adik untuk kaderisasi masih sangat tinggi,” ujarnya.
Menurutnya, kader yang komprehensif adalah kader yang mengimplementasikaan 5 kualitas Insan Cita. Hal ini adalah blue print-nya kualitas kader HMI ke depan. Ia juga mengatakan, tiga basis yang juga harus diperkuat adalah basis kapasitas (insan akademis, pencipta dan pengabdi), basis integritas (bernafaskan islam), dan basis mobilitas (terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Swt).
“Kalau boleh saya mengutip perkataan dari Mantan Ketum PB HMI, Prof. Deliar Noer, ia mengatakan bahwa ketika terjadi pergeseran fungsi dari organisasi kader ke organisasi masa, maka persoalan kualitas akan terabaikan,” paparnya.
Di samping itu, ia juga mengatakan, dalam Anggaran Dasar (AD) HMI telah dibunyikan, sesungguhnya Allah Swt. telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang haq lagi sempurna utk mengatur kehidupan di muka bumi. Tambahnya, pola nilai-nilai keislaman harus diperkuat dan diperkokoh. Menjaga identitas dan kualitas sebagai pribadi muslim juga perlu dilakukan.
“Persoalan kepemimpinan, intelektualitas dan lain-lain kita ready di HMI. Mereka sudah ditempa. Jadi, Ketika sudah menjadi Kahmi, kita siap untuk mendistribusikan para kader dalam persoalan kebangsaan dan kenegaraan,” ujarnya.
Di sisi lain, Hary Efendi Iskandar menjelaskan, orientasi kader dan tantangan zaman hari ini sudah semakin kompleks. Menurutnya, sudah semakin langka kader HMI/Kahmi yang menjalankan sesuatu sesuai dengan Khitah HMI. Dikatakan Hary Efendi Iskandar, profesionalisme dan kemampuan spesifikasi kader terhadap sebuah bidang atau intelektual adalah hal yang sangat perlu diperhatikan untuk menjawab tantangan zaman.
“Dulu, ketika saya di LPL, tokoh-tokoh HMI ini terkenal dengan tokoh-tokoh pemikir, ilmuwan, cendikiawan, dan seterusnya. Hari ini, kecendrungan profil yang banyak adalah politisi. Ini adalah sebuah pergesaran yang perlu digeser kembali ke khitah sesungguhnya HMI itu didrikan yakni insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam, dan terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt,” ucapnya.
“Kita mendorong lahirnya pusat studi, PBHI, dan seterusnya. Semuanya didirikan oleh aktivis HMI. Iklim yang kondusif itu memang perlu kita ciptakan. Memang tidak mudah, tapi perlu kita jadikan PR bersama. Sekali lagi, mengembalikan HMI ke khitahnya adalah hal yang sangat penting,” tuturnya. (MH)