Sumbarmadani.com-Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Barat adakan Forum Discussion Group (FGD) Hasil Studi Pulihkan Batang Arau bersama Instrumen Pemerintah Kota, Komunitas Peduli Lingkungan, Lembaga Swasta Pengolahan Sampah dan Penggiat Lingkungan Hidup Kota Padang, Kamis (13/10), di Hotel Rangkayo Basa.
Diskusi dengan tema “Pemaparan Hasil Riset dan Integrasi Peran Multi Pihak Pulihkan Batang Arau” berjalan lancar dan penuh rasa antusiasme dari peserta. Peserta yang berasal dari unsur stakeholder Pemerintahan dan Komunitas Peduli Lingkungan Kota Padang seakan menyambut niat baik WALHI menyelamatkan Sungai Batang Arau.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Arau merupakan salah satu DAS di Sumatera Barat yang berada di Kota Padang dengan rentang ketinggian 0 – 1.853 m diatas permukaan laut dpl. DAS Batang Arau meliputi empat wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Lubuk Begalung, Kecamatan Koto Luar dan Kecamatan Lubuk Kilangan.
Kegiatan dibuka oleh Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, beliau sangat mengapresiasi WALHI Sumbar atas terselenggaranya FGD, serta melakukan pendokumentasian sumber sampah di sepanjang aliran sungai Batang Arau dari hulu ke hilir. WALHI Sumbar juga telah melakukan asesmen kebijakan pengelolaan sampah di tingkat kelurahan. Selanjutnya akan sampai ke tingkat RT dan RW.
“Dari hasil pendokumentasian WALHI ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk solusi dalam penanganan sampah dan pencemaran di sepanjang DAS Batang Arau. Baik dari segi kebijakan, teknis, anggaran, aturan serta integrasi semua stakeholder yang berperan untuk penanganan sampah ini,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Daerah WALHI Sumbar Wengki Purwanto menjelaskan kegiatan ini dibagi kepada dua substansi. Pertama, WALHI Sumbar menyampaikan hasil risetnya kepada seluruh instrumen terkait, kemudian hasil riset ini digunakan sebagai acuan, pedoman dan pertimbangan baik di semua pihak untuk memulihkan kondisi Batang Arau yang kritis. Kedua, FGD ini merupakan kegiatan yang sistematis menyeluruh dan berkesinambungan serta mengintegrasikan peran dari Multi Pihak untuk Pulihkan Batang Arau, maka perlu dukungan dari berbagai pihak, tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah.
Sumber sampah DAS Batang Arau yang berasal dari sampah Organik 60% dan dari sampah rumah tangga sebanyak 70%. Jika hanya pemerintah yang akan mengontrol serta membenahi DAS Batang Arau, maka tentu permasalahan yang sama juga akan berulang setiap tahunnya.
“Efektifitas dari kegiatan ini tentu belum maksimal karena keterbatasan waktu, namun karena semangat dan antusias peserta, kami pun ikut senang dan berharap hasil yang terbaik ketika hasil ini dapat menjadi acuan pemulihan DAS Batang Arau”. Ujar Wengki.
Divisi Riset dan Perlindungan WALHI Sumbar, Andre Bustamar yang juga sebagai Pemateri mengungkapkan bahwa kegiatan FGD kali ini merupakan lanjutan dari Workshop yang diadakan oleh WALHI Sumatera Barat tahun kemarin tentang Pengelolaan Sampah di Kota Padang.
“Kami mengadakan penelitian di beberapa Kelurahan, yang mana kelurahan dipilih dekat dari DAS Batang Arau dan menghasilkan Policy Brief atau kertas kebijakan yang mana akan dikerjakan hingga kurun waktu tahun 2025. Kami juga mengobservasi dan meminta asesmen kepada pemerintah setempat untuk mengetahui sumber masalah pengelolaan dan pengolahan sampah di DAS Batang Arau”. Tutur Andre.
Pada akhir sesi FGD, penyelenggara menampung berbagai aspirasi, kritik dan saran dari peserta. Yang nantinya beberapa poin tersebut juga akan dijadikan acuan untuk pemulihan DAS Batang Arau. Ini merupakan langkah awal, agar terciptanya Sumbar yang bersih terkhusus kota Padang yang Indah sebagaimana motto yang sering disebutkan Kota Padang Kota Tercinta, Kujaga & Kubela. (AJI)