Sumbarmadani.com -Sejak maret 2020 pemerintah mengeluarkan kebijakan metode pembelajaran mengubah kebiasaan pembelajaran yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka beralih menjadi sistem daring untuk semua jenjang pendidikan termasuk untuk SMK. Secara prinsip sistem daring yang diberlakukan dapat dilihat dari dampak positif maupun negatif bagi guru maupun peserta didik apalagi dalam pembelajaran praktek. Dampak positifnya sistem daring cukup menghemat waktu, jarak yang biasanya ditempuh dari tempat tinggal menuju ruang belajar atau sekolah, kini hanya perlu membuka HP atau laptop di kelas pembelajaran pun bisa langsung diikuti.
Dampak negatifnya, sistem daring dirasa sangat memberatkan masyarakat menengah kebawah, karena mau tidak mau peserta didik harus membeli kuota internet untuk bisa mengikuti kelas. Selain itu perangkat elektronik seperti smartphone dan laptop juga sangat diperlukan untuk penunjang kegiatan pembelajaran dengan sistem daring. Seperti yang kita ketahui tidak semua orang mampu untuk membeli dan memiliki barang-barang canggih seperti itu. Namun demikian peralihan proses pembelajaran daring ke kondisi tatap muka, membuat proses pembalajaran biasanya bisa menjadi kaku bahkan kurang efisien. Salah satunya berdampak di Kabupaten Mukomumko yang mengalami pembelajaran daring hingga membuat sebahagian peserta didik tidak dapat berinteraksi secara langsung dengan guru dan bahkan dengan teman sekelasnya.
Dalam penerapan pembelajaran online seperti ini dirasa kurang maksimal karna kurangnya interaksi sosial antara guru dan siswa, pembelajaran terasa sangat menonton seperti tutorial YouTube. Dalam pembelajaran online peserta didik biasanya diberikan tugas melalui media HP yang kebanyakan peserta didik merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas dikarenakan kurangnya penjelasan-penjelaan awal dari guru terkait tugas yang diberikan. Hal ini pulalah yang mengakibatkan kurangnya efektifitas pembelajaran, ditambah dengan kondisi geografis daerah setempat yang berbanding terbalik dengan daerah perkotaan. Seperti kurangnya fasilitas internet, akses yang lumayan sulit serta faktor dorongan dan motivasi orang tua yang minim terhadap pentingnya sekolah. Berdampakkepada sebahagian peserta didik yang ikut membantu menunjang ekonomi orang tua pada masa pandemi dua tahun belakangan.
Dengan berbagai macam kondisi yang dialami salama ini, mengakibatkan proses belajar mengajar tidak efisien mengakibatkan motivasi peserta didik menjadi rendah. Hal itu dirasakan dengan menurunnya pengetahuan serta keterampilan peserta didik. Hal itu terlihat dalam suasana pembelajaran, peserta didik cenderung kaku untuk menyampaikan pendapat, yang akhirnya mengakibatkan peserta didik cenderung hanya menerima saja dan gugup dalam menyampaikan pendapat atau critical thingking.
Dampaknya bermuara pada lebih banyak peserta didik berprilaku diam selama proses pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran selesai yang memasuki kegiatan praktik dilingkungan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), peserta didik cenderung kaku dan kurang mengetahui tentang desain awal, proses berkarya, hingga fisinishing bahkan makna berkarya.
Setelah pandemi mulai surut, kegiatan tatap muka selalu menjadi pilihan yang tepat karena dari segi penyampaian materi pembelajaran pun lebih mudah dipahami, tanpa gangguan lain seperti saat pembelajaran online. Kita bisa bebas bertanya dan meminta saran karena langsung bertemu tatap muka. Selain itu juga kita bisa berinteraksi sosial secara langsung dengan teman-teman dan guru di sekolah, hal ini sangat baik untuk meningkatkan rasa sosial didalam diri peserta didik. Siswa juga juga bisa saling bertukar informasi dan berbagai cerita sehingga secara tidak langsung membantu mengembalikan semangat.
Namun di era yang serba digital, semua kebutuhan saat ini di akamodir oleh penggunaan Disaat peralihan proses pembelajaran daring ke kondisi tatap muka, membuat proses pembalajaran menjadi kaku dan kurang efisien. Salah satunya berdampak di Kabupaten Mukomumko provinsi Bengkulu yang mengalami pembelajaran daring yang membuat sebahagian peserta didik tidak dapat berinteraksi secara langsung dengan guru dan dengan temannya. Hal itu mengakibatkan kurangnya efektifitas pembelajaran, ditambah dengan kondisi geografis daerah setempat yang berbanding terbalik dengan daerah perkotaan. Seperti kurangnya fasilitas internet, akses yang lumayan sulit serta faktor dorongan dan motivasi orang tua yang minim terhadap pentingnya sekolah. Berdampakkepada sebahagian peserta didik yang ikut membantu menunjang ekonomi orang tua pada masa pandemi dua tahun belakangan.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kekurangan dan kelemahan pembelajaran secara on line/daring di SMK Negeri 4 Muko-muko Bengkulu ini dfisebabkan antara lain :
1.) Keterbatasan akses internet
SMKN 4 Muko-muko berada di daerah yang jaringan internet nya tidak stabil hingga menyulitkan guru dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran daring.
2.) Biaya yang lebih mahal
Bagi siswa yang tidak mempunyai laptop / komputer, tentunya akan membeli perangkat tersebut, Karena itu adalah salah satu perangkat yang dibutuhkan untuk belajar daring. Selain itu, para siswa diharuskan membeli kuota internet. Karena tanpa internet kegiatan belajar daring tidak bisa dilakukan.
3.) Minimnya pengawasan guru terhadap siswa
Karena jarak yang jauh antara guru dan murid menyebabkan guru tidak bisa secara langsung mengawasi siswa. Seperti saat ujian, banyak siswa yang saat ujian menggunakan 2 HP, satu untuk mengerjakan dan satunya lagi untuk mencari jawaban.
Dengan berbagai macam kondisi yang dialami salama ini, mengakibatkan proses belajar mengajar tidak efisien mengakibatkan motivasi peserta didik menjadi rendah. Salah satu indikasinya yakni menurunnya pengetahuan serta keterampilan peserta didik. Hal itu terlihat dalam suasana pembelajaran, peserta didik cenderung kaku untuk menyampaikan pendapat, yang akhirnya mengakibatkan peserta didik cenderung hanya menerima saja dan gugup dalam menyampaikan pendapat atau critical thingking.
Diantara dampaknya bermuara pada lebih banyak peserta didik berprilaku diam selama proses pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran selesai yang memasuki kegiatan praktik dilingkungan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), peserta didik cenderung kaku dan kurang mengetahui tentang makna berkarya. Apalagi setelah pandemi mulai berkurang, zamanpun langsung beralih serba digital, semua kebutuhan saat ini di akamodir oleh penggunaan gadget. Akan tetapi peserta didik menggunakan gadget ke arah yang berlawanan dari dunia pendidikan.
Perubahan saat ini dapat dilihat antara lain :
- Masih ada di kelas XII peserta didik yang belum bisa teknologi dasar komputer sebelum melangkah ke tingkat yang lebih tinggi (Mepel Teknik Pengolahan Audio Video)
- Masih ada peserta didik yang gugup dan kaku terhadap teknologi (Mepel Teknik Pengolahan Audio Video)
- Rendahnya minat peserta didik terhadap literasi (Mepel Teknik Pengolahan Audio Video)
- Rendahnya motivasi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berbasih hots (Mepel Teknik Pengolahan Audio Video)
Kondisi ini diperburuk lagi dengan kurangnya pemanfaatan media ajar dan motivasi kepada peserta didik serta model pembelajaran yang kurang inovatif dan kreatif yang diimplementasikan pada peserta didik. Untuk itu guru harus bisa menerapkan model, media serta strategi pembelajaran, agar peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan meningkatkan kemampuannya. Setelah dilakukan identifikasi masalah dengan merefleksi diri, wawancara guru, teman sejawat, kepala sekolah, pakar serta dan literatur serta kunjungan interaksi dengan keluarga peserta didik maka ada beberapa tantangan yang terjadi pada proses pembelajaran yang berlangsung yaitu :
- Orang tua yang sibuk bekerja sehingga kurangnya waktu berinteraksi denga peserta didik
- Kurangnya motivasi yang diberikan oleh orang tua
- Peserta didik merasa ragu untuk kesekolah dan lebih mendahulukan kegiatan untuk menghasilkan uang
- Kurangnya rasa percaya diri peserta didik untuk belajar
Dari tantangan tersebut berdampak sekali ke proses pembelajaran di sekolah, diantara lain sebagai berikut :
- Faktor guru dalam pemilihan bahan ajar
- Kurangnya pengembangan TPACK di kelas
- Ruangan belajar yang kurang memadai dan kurang nyaman
- Model pembelajaran yang kurang relevan dengan karakter peserta didik
Berbagai macam tantangan tersebut menyebabkan guru harus menggunakanberbagai alternatif strategi seperti menerapkan model pembelajaran yang sesuai karakter peserta didik dan pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan peserta didik serta pendekatanyang sesuai dengan karakter peserta didikdan hal mendukung lainnya agar pembelajaran berjalan dengan baik. Berbagai macam tantangan tersebut harus segera diatasi oleh guru secara profesional agar terciptanya proses pembelajaran yang menarik, langkah-langkah diantaranya :
- Memilih bahan ajar
- Model pembelajaran
- Penilaian peserta didik
- Ruangan kelas/Labor
- Implementasi Teknologi
Dengan adanya tantangan tesebut maka guru mengimplementasikan strategi yang bisa mengakomodir seperti :
- Terkait pemilihan bahan ajar
Guru bisa menggunakan bahan ajar yang sesuai dan relevan berbasis TPACK, agar peserta didik merasakan kebutuhan terpenuhi untuk menghadapi era digital saat ini. Seperti membuat bahan ajar menggunakan video yang dibagikan melalui youtubeserta dikombinasikan dengan PPT agar materi tersampaikan dengan baik dan menarik. Serta materi tersebut dirangkum dengan baik dan dibagikan kepada peserta didik melalui Whatshaap grup dan google drive. Serta guru juga mengajak peserta didik agar termotivasi untuk mencari literasi digital yang berhubugan dengan materi dan keterampilan.
- Berkaitan dengan model pembelajaran
Agar berjalannya proses pembelajaran dengan baik dan kondusif, maka guru menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, hal itu ditujukan agar peserta didik terangsang memulai kegiatan pembelajaran dengan masalah yang diberikan guru. Serta hal itu juga membangkitkan emosional dan motivasi peserta didik agar mampu memberikan tanggapan/critical thinkhing.
- Berkaitan dengan penilaian
Guru harus mampu menilai peserta didik secara keseluruhan baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal tersebut tentunya berkolerasi dengan instrumen yang lengkap, mulai dari instrumen penilaian, indikator ketercapaian peserta didik dan rubrik penilaian.
- Berkaitan dengan ruangan
Guru harus mampu menciptakan dan mewujudkan ruangan yang sangat nyaman dan kondusif agar peserta didik merasa betah dan nyaman dalam proses pembelajaran. Mulai dari kebersihan ruangan dan desain ruangan yang rapi yang membuat motivasi belajar peserta didik meningkat.
- Berkaitan dengan implentasi teknologi
Untuk membuat peserta didik merasa tertantang untuk menggunakan teknologi yang mana kedepannya peserta didik merasakan manfaatnya. Seperti penggunaan absen yang berbasis digital, melaksanakan quizz berbasis digital dan khususnya memanfaatkan google drive untuk menyimpan karya-karya peserta didik serta bahan ajar untuk peserta didik, yang mana hal tersebut bisa dikases kapanpun oleh peserta didik. Hal tersebut juga tidak terlepas dengan peran jaringan internet yang memadai di lokasi tersebut, akan tetapi guru harus memkasimalkan keadaan agar peserta didik terbiasa dan merasakan manfaatnya.
Untuk mengimplementasikan langkah dan strategi berdasarkan tantangan maka guru melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan benar sesuai dengan model, media dan strategi pembelajaran. Dengan melibatkan kepala sekolah dan rekan sejawat serta tentunya dukungan dari pihak-pihak lain untuk mensukseskan kegiatan dan berjalan secara kondusif kedepannya. Serta mendukung kegiatan tersebut tentunya tidak terlepas dari sumber daya khususnya sumber daya guru sendiri, rekan sejawat yang selalu memberikan masukan, Kepala Sekolah yang mendukung dan mensukseskan proses selama berlangsung, serta evaluasi dari pengawas setempat untuk memberikan masukan agar proses ini lebih maksimal kedepannya. Adapun sumber daya lainnya seperti dimaksimalkannya jaringan internet, fasilitas proses belajar mengajar dan sumber daya literasi tentunya. dan tidak kalah penting adalan kerjasama anatara instrumen pendidikan yang berada satu lingkungan untuk melaksanakan proses ini, dan diharapkan selalu terlaksana dan berkembang untuk mewujudkan peserta didik yang berpengetahuan, berketerampilan dan berkarakter.
Dengan diterapkan serta dikombinasikan antara model pembelajaran Problem Based Learning berbasis (technological pedagogical content knowledge)TPACK. Maka membuat peserta didik bersemangat dalam belajar dan mereka sangat termotivasi mengungkapkan pedapat/critical thinkhing baik secara peroragan maupun secara berkelompok. Hal itu bisa dirasakan oleh guru sendiri, maupun rekan sejawat yang melihat proses berlangsung, ketika guru memberikan materi gambar, video serta pertanyaan peserta didik sangat antusias menyampaikan pendapat dan antusias dalam menjawab soalapalagi hal tersebut diiringi dengan memanfaatkan teknologiyang menambah motivasi peserta didik semakit meningkat. Dengan terwujudnya hal tersebut indikator keaktifan dan motivasi peserta didik lebih meningkat. Hal itu terlihat lebih aktifnya peserta didik untuk memberikan respon jawaban kepada gurusertapeserta didik lebih termotivasi untuk belajar dengan arahan guru seperti membaca literasi digital, materi yang dirangkum secara menarik. Hingga membuat peserta didik secara bertahap mengerti tentang fungsi teknologi untuk pembelajaran.Keadaan tersebut berbanding terbalik apabila dibandingkan dengan keadaan sebelumnya yang sangat konvesional, hal itu dilihat dari kurang aktifnya peserta didik dalam merespon materi pemebelajaran dan rendahnya motivasi peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran. (*)
Penulis : Faizal Raefahuwa, S.Ds