Ilustrasi Internet
Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebatas ritual tahunan, lebih dari itu, kita mampu mengaplikasikannya dalam rutinitas sehari-hari.
Memang terjadi perbedaan pendapat dalam hal boleh dan tidaknya merayakan maulid Nabi. Mayoritas umat Islam dunia dan lebih khusus Indonesia merayakan hari kelahiran Rasul SAW. Berbagai kegiatan dan aktivitas keagamaan digelar dalam rangka memeriahkan hari kelahiran Sang Kekasih Allah itu. Membaca al-Quran, zikir bersama, memperbanyak salawatan, berdoa dan sebagainya.
Ulama yang membolehkan peringatan dan perayaan Maulid Nabi karena mempedoman al-Quran dan hadis. Meskipun secara eksplisit tidak ada perintah langsung maupun larangan untuk merayakannya. Tetapi secara implisit ada anjuran dan makna serta faidah yang baik ketika itu dilakukan.
Pertama, Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 58:
قل بفضل الله وبرحمته ذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون
Katakanlah (Muhammad) dengan karunia dan rahmat Allah maka bergembiralah sebab itu lebih baik dari apa yang kamu kumpulkan.
Secara umum ayat ini memberikan tuntunan, bahwa kalau sekiranya manusia atau seorang muslim mendapatkan karunia dan rahmat dari Allah dalam bentuk apapun, maka dianjurkan untuk senang dan gembira.
Kesenangan dan kegembiraan dalam Islam diejawantahkan dalam aktivitas yang akan menambah kuantitas dan kualitas ibadah kepada Allah. Maka dalam salah satu mazhab fikih yaitu mazhab Imam as-Syafi’i dijelaskan tentang ungkapan kegembiraan karena memperoleh karunia dan rahmat itu dalam bentuk walimah.
Minimal ada 5 bentuk walimah yang dikenal dalam fikih Syafi’iyah yaitu walimah ‘ursy, walimah khursy, walimah i’zar, walimah waqirah, walimah naqi’ah dan bisa juga termasuk di dalamnya walimah-walimah lain yang telah menjadi tradisi di masyarakat dengan catatan tidak bertentangan dengan syari’at.
Lalu apa hubungannya dengan perayaan maulid Nabi SAW?
Lahirnya Nabi pada tanggal 12 Rabiul Awal adalah fase awal dimulainya warna dan atsmosfir kehidupan yang akan berjalan sesuai dengan ajaran Islam. Dalam al-Quran kehadiran Nabi diutus ke dunia dan segala isinya dijelaskan dalam surat al-Anbiya: 107:
وما ارسلناك الا رحمة للعلمين
Dan tidak kami utus engkau (Muhammad) kecuali menjadi rahmat bagi sekalian alam.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim juga ditegaskan oleh nabi:
انما انا رحمة ومهداة
Sesungguhnya aku ini sebagai rahmat dan pemberi petunjuk.
Maka sudah jelas adanya bahwa kita diperintahkan untuk senang dan gembira ketika memperoleh karunia dan rahmat dari Allah dan hadirnya Rasul SAW membawa Islam yang dianut oleh manusia hingga hari ini adalah rahmat yang mesti disyukuri dalam bentuk aktivitas ibadah dan kegiatan positif lainnya salah satunya pelaksanaan peringatan maulid Nabi.
Kedua, merayakan maulid Nabi dan hari-hari besar Islam lainnya adalah mempelajari dan mengulas sejarah dan kisah-kisah yang dialami oleh Nabi-nabi dan lebih khusus Nabi SAW untuk dijadikan pedoman bagi kehidupan keagamaan hari ini. Dalam al-Qur’an surat Hud ayat 120:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman.
Fungsi mempelajari kisah dan sejarah para Nabi dan Rasul adalah memperteguh keyakinan dan mengokohkan hati agar senantiasa berada pada keyakinan akan agama Allah. Disamping itu juga meneladani dan mengambil pelajaran agar pedoman kehidupan keagamaan hari ini juga dilalui dengan cara-cara dan praktek yang dicontohkan oleh Baginda Nabi.
Dalam riwayat yang sudah populer dalam kehidupan umat Islam umpamanya tentang mu’jizat Nabi dapat menenangkan pohon kurma yang menangis karena tidak digunakan lagi oleh Nabi ketika berkhutbah sebab mimbar sudah dibuatkan oleh para sahabat.
(انها بكت على ما كانت تسمع من الذكر (رواه البخاري
Sesungguhnya pohon kurma itu menangis karena (dulu) ia selalu mendengarkan Nabi mengajarkan manusia untuk selalu berzikir.
Ini tentu jadi tamparan keras bagi kita khususnya umat Islam yang menjadikan mimbar dan podium sebagai tempat untuk menumpahkan kemarahan dan ketidaksenangan terhadap perilaku dan praktik keagamaan yang dilakukan oleh umat Islam juga. Malah menjadikan mimbar sebagai tempat untuk menyampaikan cacian, fitnah, adu domba dan sebagainya.
Ketiga, harapan supaya kelak mendapatkan syafa’at dari Rasul SAW pada hari yang tidak ada yang bisa memberikan pertolongan, bahkan para Nabi-Nabi sekalipun, selain syafa’at dari Nabi SAW.
Riwayat dari ‘Abbas bin Abdul Muthallib r.a. bahwa beliau bermimpi dan bertemu dengan Abu Lahab, paman sekaligus dedengkot Quraisy yang sangat keras menentang dakwahnya Nabi:
قيل: ما حالك: قال في النار الا انه يخفف عني كل ليلة اثنين باعتاقي ثويبة لما بشرتني بولادة المصطفي وبارضاعها
Abbas bertanya: bagaimana keadaanmu, Abu Lahab menjawab: aku dalam neraka kecuali setiap malam hari senin, aku diberikan keringanan (azab) karena aku memerdekakan Tsuwaibah pada saat aku mendapat kabar dengan kelahiran Nabi dan akhirnya Tsuwaibah menyusui Nabi.
Maka inilah kekhususan yang Allah berikan kepada orang yang tidak beriman sekalipun, apabila bergembiran dan senang hatinya karena kelahiran Rasul SAW yaitu diberikan keringanan azab di akhirat kelak. Apalagi kita sebagai umat dan pemeluk ajaran yang beliau bawa dengan agama Tauhid dan syari’atnya.
Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat menjalankan syari’at Islam secara sempurna dan kelak memperoleh syafa’at dari Nabi Musthafa SAW. Aamiin.
Oleh; Heri Surikno (kandidat doktor UIN Imam Bonjol Padang)