Pendahuluan
Juvenile Delinquency berasal dari bahasa inggris yang artinya kenakalan remaja. Remaja di dalam masyarakat hanya di pandang sebagai benalu yang sifatnya merusak dalam suatu ekosistem di masyarakat. Menurut WHO, remaja itu jembatan antara anak-anak dengan remaja yang berusia antara 10-19 tahun. Kenakalan remaja merupakan perilaku yang melanggar norma–norma kesopanan, kesusilaan, dan perilaku yang melanggar norma-norma hukum (sumiyanto, 1994:21)
Kenakalan remaja tidak terlepas dari fungsi keluarga dan lingkungan yang sangat dekat dengan diri ramaja tersebut. Namun, dalam pemenuhan kebutuhan anak sering terjadi kontradiktif antara keinginan orang tua dengan kebutuhan anak. Didikan yang sangat keras yang di lakukan oleh orang tua terhadap anaknya akan cendrung membuat lemahnya mental anak, anak introvert, dan kurang sosialisasi di dalam masyarakat, ketika dalam kejadian tersebut maka dalam otak anak akan tertanam rasa kesal dan cendrung akan melawan kepada orang tuanya. Persoalan pendidikan contohnya, anak di daftarkan di bimbel, kursus, les musik dan sebagianya yang menghilangkan waktu anak-anak dalam bermain dan tentunya akan menggangu mental sang anak, anak sudah dirampas masa menyenangkan yang menimbulkan fenomena kenakalan remaja seperti pergaulan bebas, narkoba, tawuran, dan lain sebagianya.
Lingkungan yang menuntut anak untuk duduk sama rata berdiri tanpa raja, yang artinya setiap orang bebas berekspresi dalam pergaulan, anak mau tidak mau harus mengikuti aturan main yang ada jika tidak akan di sisihkan dalam pergaualan yang ada, permasalahan kenakalan remaja perlu di lihat secara mengakar, tidak relevan rasanya remaja hanya di cap atau di labelling di dalam masyarakat sebagai benalu di dalam masyarakat.
ISI
Paradigma masyarakat mengenai remaja yang di anggap benalu justru perlu adanya kesadaran bersama karena remaja juga sebagai generasi atau aset yang sangat berharga dan perlu di kelola dengan baik, perhatian tersebut juga seimbang dengan pemenuhan hak remaja. Kebanyakan orang tua pasti menginginkan anak-anak nya sukses di masa depan, namun dibalik itu perlu adanya kesadaran dari orang tua dalam pemenuhan hak anak dengan membagi waktu belajar sebagai proses menuju masa depan dengan pemenuhan hak anak dalam bermain dan berinteraksi dengan keinginan anak itu sendiri.
Remaja juga butuh didengarkan oleh orang dewasa di sekelilingnya, kerap terjadi perbedaan kelas dan perbandingan proses yang terjadi sehingga orang dewasa tidak mau terbuka, dalam kondisi ini orang dewasa memang ada di sekeliling remaja namun arti ada disini menghilangkan nilai tranparansi dalam ilmu pengetahuan atau sosialisasi yang kerap hanya menjadikan remaja tersebut penasaran dan mengambil kendali sendiri karena ketidak tahuan terhadap apa yang dilakukan dan apa yang telah terjadi, maka timbullah semacam label bahwasanya remaja hanya menjadi beban atau parasit karena telah melanggar norma yang ada di dalam masyarakat.
Remaja membutuhkan orang dewasa yang paham dengan mereka dan mampu memberikan solusi atas apa yang sudah mereka kerjakan, sejatinya remaja yang labil juga mampu mendengarkan terkadang yang salah adalah bagaimana mengunakan penempatan kata yang mau diterima oleh remaja, seperti melarang remaja nongkrong mengantikan dengan cara pergi ke masjid atau mengerjakan sesuatu yang lebih bermanfaat dibandingkan menongkrong, akan lebih baik rasanya mengatakan boleh boleh saja menongkrong, sejatinya tidak menggangu hak orang lain, sehingga buda menongkrong tadi tidak hilang, namun ada penekanan nilai yang lebih menghilakan tindak yang menunjang kenakalan remaja.
Tidak adil rasanya jika remaja hanya di anggap sebagai benalu di dalam masyarakat perlu adanya pemenuhan hak remaja dalam menjalankan aktivitasnya, seperti menyediakan sarana yang membangun secara jasmani dan juga rohani, contohnya yaitu dengan menyediakan tempat olahraga seperti lapangan sepak bola dengan itu maka remaja ada waktu untuk berolahraga dan juga tidak bosan dengan tuntutan untuk selalu belajar, belajar, dan belajar.
Kesimpulan
Kenakalan remaja adalah perilaku dimana terjadinya pelanggaran norma-norma di dalam masyarakat, kenakalan remaja tidak terlepas dari fngsi dan pengawasan keluarga dan pengaruh dari lingkungan tempat dia berada. Keinginan dari orang tua pada hari ini menjadi perhatian khusus karna cendrung tidak memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh seorang anak. Sejatinya apa yang dibutuhkan oleh remaja adalah perhatian yang lebih karena kondisi remaja masih mengikuti kemana arah angin dan tidak ada kendali, jangan sampai nantinya di dalam pergaulan sekali pun malah menjadi sebuah penyesalan. Remaja perlu perhatian lebih dari masyarakat dan juga remaja harus di anggap sebagai generasi penerus bangsa di masa yang akan datang.