Sumbarmadani.com – Seiring berjalannya waktu mahasiswa dewasa ini kian kehilangan citranya di lingkungan masyarakat. Mahasiswa kini tidak lagi memperhatikan lingkungan sekitar, kondisi sosial, ekonomi, dan keluh kesah dari masyarakat. Refleksi terhadap sejarah perjuangan Bangsa Indonesia yang tak sedikitpun lepas dari peran pemuda dan mahasiswa terutama peruntuhan rezim Orde Baru. Bukan hanya sekadar sejarah masa lalu untuk dikenang, melainkan berupa langkah menuju tonggak perubahan dan perbaikan di masa depan. Agar terciptanya suatu keteraturan dan terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Mahasiswa merupakan sebutan bagi orang yang terdaftar dan sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Definisi mahasiswa yang seringkas itu seakan kontradiksi dengan tugas dan tanggung jawab ideal yang dimilikinya. Maha merupakan gelar yang hanya disandang oleh dua sebutan, pertama Mahakuasa dan kedua Mahasiswa. Tidak heran mahasiswa sebagai muara penyampaian aspirasi dari masyarakat terkait persoalan yang tidak sesuai dengan rule kebijakan dari pemerintah. Bisa dikatakan mahasiswa sebagai utusan mahakuasa dimuka bumi bagi masyarakat (mustad’afhin) dalam penyampaian aspirasi dan memperjuangkan haknya.
Sangat kontradiktif bahwasannya mahasiswa merupakan harapan besar bagi masyarakat Indonesia sebagai penyambung lidah rakyat kepada penguasa tirani. Kenapa? Dapat diperhatikan minimnya mahasiswa ideal pada sekarang ini. Mahasiswa cenderung bersifat apatis, mementingkan diri pribadi tanpa menghiraukan lingkungan sekitar. Tidak bisa keluar dari zona nyaman sebagai generasi menunduk dimanapun dan kapanpun. Pupusnya harapan masyarakat terhadap sosok intelektual muda yang penuh bakat dan potensi untuk membangun bangsa dan negara. Seharusnya ini menjadi tamparan keras bagi mahasiswa karena telah kehilangan citranya dalam lingkungan masyarakat.
Namun yang menjadi pembahasannya sekarang adalah bagaimana hakikat mahasiswa yang semestinya dapat menunjang untuk membangun bangsa dan negara. Dalam arti mahasiswa bukan sekadar posisi pendidikan strata lanjutan pasca lulus SMA. Berarti bukan hanya persoalan akademis yang diutamakan mahasiswa dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Dibalik jenjang pendidikan dilihat dari segi kematangan umur, disini karakter dan pola pikir mahasiswa itu dibentuk. Sehingga peran mahasiswa tidak hanya stagnan untuk diri pribadi melainkan untuk lingkungan dan masyarakat sekitar.
Organisasi merupakan wadah bagi mahasiswa dalam proses aktualisasi diri dengan pengembalian hakikat mahasiswa yang sebenarnya. Sebagai wadah, mahasiswa diharapkan mampu mengambangkan kreatifitasnya dengan bakat yang dimilikinya. Mengembangkan dan menguprgrade potensi yang telah ada agar lebih matang di masa depan. Organisasi merupakan wadah pembentukan karakter bagi mahasiswa, karena terdapat aturan yang jelas sehingga dalam bertindak tidak keluar dari rule yang ada.
Pada saat ini mahasiswa terlihat minder dalam berorganisasi, terutama tentang persepsi mahasiswa terhadap organisasi yang beragam. Semakin lama dalam sebuah organisasi maka semakin berubah persepsi seseorang. Lain hal dengan yang baru masuk organisasi, persepsinya adalah bagus dan keren. Tetapi setelah banyak mendapatkan pengalaman dan juga berbagai masalah menjadi persepsi buruk bagi sebagian mahasiswa. Meningkatnya persepsi buruk bagi mahasiswa menjadi tantangan dari anggota organisasi untuk mempengaruhi persepsi buruk menjadi baik terhadap mahasiswa. Organisasi harus bersifat fleksibel, berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam berorganisasi mahasiswa tentu memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu atau dikatakan memperoleh provit bagi dirinya. Menurut MC Clelland, terdapat tiga kategori motif seseorang dalam melakukan sesuatu antara lain ; Pertama, motif untuk berprestasi (Achievement), dua motif untuk bersahabat (Affiliation), tiga motif untuk berkuasa (Power). Dalam konteks organisasi mahasiswa, tentu mahasiswa mencari satu dari ketiga hal tersebut, ataupun mencari dua dari ketiga hal tersebut, ataupun mencari ketiganya dari hal tersebut.
Mahasiswa bergabung dalam organisasi untuk menambah pengalaman baru bagi dirinya. Selain itu, berorganisasi juga membantu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Mahasiswa berorganisasi juga ingin mendapatkan relasi pertemanan, bahkan juga ingin memperoleh kekuasaan agar dapat mempengaruhi orang lain. Tidak tahu pasti apa motif mahasiswa untuk ikut serta dalam berorganisasi, yang jelas organisasi diharapkan memberikan manfaat lebih bagi pribadi mahasiswa yang orientasinya pada lingkungan masyarakat.
Namun diluar segala kepentingannya dalam berorganisasi, Mahasiswa harus sadar akan fungsi dan peranannya saat berada di lingkungan sosial-struktural, terutama pengembalian pada hakikatnya sebagai mahasiswa dalam pembangunan bangsa dan negara. Dalam contoh kali ini kita gunakan 4 fungsi dan peran mainstream mahasiswa untuk mengejawantahkannya.
Mahasiswa sebagai Agen of Change
Mahasiswa dituntut kritis, melakukan implementasi nyata terhadap realita yang terjadi. Bukan mahasiswa yang ditunggangi oleh partai politik demi suatu kepentingan dengan jamuan makan siang. Contoh konkret implementasi tersebut adalah aksi mahasiswa terhadap peruntuhan rezim Orde Baru tahun 1998. Mahasiswa melihat realitas yang terjadi dengan kondisi perekonomian bangsa, serta kinerja pemerintahan yang berjalan tidak sesuai dengan rulenya. Serta hal-hal lain yang menyangkut penyampaian aspirasi dari masyarakat kepada pemerintah melalui perantara mahasiswa terhadap tonggak perubahan menuju arah yang lebih baik.
Mahasiswa sebagai Iron Stock
Dengan segala ketangguhan idealismenya yang menjadi penerus dan harapan bagi generasi-generasi sebelumnya, Mahasiswa perlu memiliki cadangan kemampuan berdasarkan bidang yang dikuasainya beserta akhlak yang mulia. Sebagai Iron Stock, mahasiswa bisa dikatakan bahwa mahasiswa adalah aset, cadangan, dan harapan masa depan bangsa dan negara. Pembentukan kualitas mahasiswa tersebut bisa dilakukan melalui kaderisasi di tingkat organisasi dengan pola penanaman nilai yang baik untuk menjadi pemimpin di masa depan.
Secara ontologis, tentu mahasiswa harus mengetahui mengapa digunakan pemaknaan Iron Stock, bukan silver stock ataupun gold stock. Dari segi hakikatnya, besi merupakan benda yang memiliki kekuatan dan sifat besi yang berkarat dengan jangka waktu yang lama. Tentu setiap masa dibutuhkan generas-generasi penerus seiring berkembangnya zaman. Begitulah harapan publik Indonesia terhadap mahasiswa.
Mahasiswa sebagai Social Control
Mahasiswa menjadi kontrol sosial ketika ada sesuatu yang tidak beres terhadap pemerintah dan masyarakat. Dengan kemampuan dan bidang ilmu yang dimilikinya, diharapkan mahasiswa mampu menjaga norma dan nilai yang ada dalam sosial masyarakat. Mahasiswa lahir dari rahim rakyat, sudah seyogyanya mahasiswa harus selalu memainkan peran menjaga dan memperbaiki norma sosial di dalam masyarakat.
Pun, dalam mengontrol pemerintah yang bertindak dengan sewenang-wenangnya, mahasiswa menjadi kelompok masyarakat bagian middle, yang artinya bahwa mahasiswa berkewajiban untuk terus mengawal kebijakan Pemerintah. Bagi Pemerintah yang tidak menepati janji yang telah diumbar-umbar dalam kampanye, dan pemerintah yang terjerat kasus korupsi beserta kasus hukum lainnya, maka peran dan fungsi mahasiswa harus tampak nyata dalam persoalan tersebut.
Mahasiswa sebagai Moral Force
Mahasiswa pada hakikatnya harus memberikan contoh dan teladan yang baik kepada masyarakat, karena mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki kesempatan dan keberuntungan menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Kini, peran mahasiswa sebagai teladan bagi masyarakat seakan-akan tertinggalkan begitu saja. Mahasiswa cenderung berorientasi pada kehidupan hedonis yanh berdampak pada tercoreng akhlak dan tradisi intelektual mahasiswa. Mahasiswa yang dikenal sebagai kaum idealis seharusnya mampu berdiri tegap dna berprinsip diantara segala realita yang bertolak belakang dengan kultur dan kearifan lokal Indonesia.
Sebagai kekuatan moral, masyarakat akan memandang tingkah laku, perkataan, dan cara bersikap dari sosok mahasiswa sebagai acuan dasar dalam berperilaku. Disinilah mahasiswa harus dituntut ke-intelektualannya dalam membangun kekuatan moralnya di masyarakat supaya bisa selalu menjadi teladan dan percontohan dalam peradaban masyarakat Indonesia.
Organisasi menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengaktualisasikan diri dan mengembangkan pengetahuan berdasarkan bidang keilmuan yang dimilikinya. Di organisasi pula, mahasiswa bisa belajar manajemen waktu, berkomitmen, serta mencari relasi jaringan pertemanan sebagai sarana pertukaran informasi dalam kajian hangat berdiskusi. Sehingga ketika mahasiswa berorganisasi sesuai dengan hakikatnya, maka dirinya sedang mencoba merealisasikan dirinya menjadi Agent of Change, Iron Stock, Social Control, dan Moral Force demi menghasilkan pemimpin yang berintegritas di masa depan. Semua itu dilakukan mahasiswa hendaknya supaya terjalankannya fungsi dan peran idealnya agar terciptanya keteraturan dalam membangun bangsa dan Negara yang bermuara pada terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. (***)