Tidak terasa waktu berputar sangat dengan cepat. Begitu juga dengan dinamika perjalanan pendidikan yang seakan larut dengan perputaran waktu yang cepat tadi. Seiring dengan itu, mereka yang sudah menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah, baik itu Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah (MA) sudah mulai meninggalkan status siswa yang sudah mereka emban selama kurang lebih 12 tahun menuju kepada tingkatan status yang lebih tinggi yaitu mahasiswa.
Proses transformasi status dari siswa ke mahasiswa merupakan suatu yang sangat membanggakan bagi seorang siswa. Terlebih jika kuliah di Universitas impian, tentu hal itu akan menjadi bumbu pelengkap yang membuat hati seorang siswa menjadi senang dan gembira. Proses transformasi ini juga akan membuat seorang siswa menemukan hal-hal yang belum pernah dijumpai sewaktu menempuh pendidikan sekolah sebelumnya.
Namun dibalik itu semua, seringkali mahasiswa baru tidak mengetahui mereka juga harus memikul beban yang besar. Bagaimana tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu banyak. Mahasiwa merupakan agen yang akan membawa perubahan besar dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya itu, menjadi mahasiswa harus dapat memberikan solusi tepat bagi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Sebagai tolak ukur gambaran dari peran mahasiswa dan jika kita berkaca kembali kepada era 90-an, tentu kita akan salut melihat perjuangan mahasiwa dalam memperjuangankan kepentingan rakyat. Mahasiswa pada saat itu berada pada garis terdepan dan siap menerima apapun resiko yang akan terjadi demi reformasi yang dicita-citakan. Mahasiswa menjadi uluran panjang tangan rakyat Indonesia melawan rezim yang bertindak secara represif. Berkat perjuangan yang tanpa henti dilakukan akhirnya berbuah manis dengan berhasil mendesak Presiden Soeharto mundur dari jabatannya pada tanggal 28 Mei 1998.
Hal yang dilakukan oleh mahasiswa pada tahun 90-an bisa dikatakan berbanding terbalik dengan apa yang terjadi pada mahasiswa yang katanya generasi milenial pada saat sekarang ini. Mahasiswa terbilang minim dalam pergerakan sebagai pengawas kebijakan birokrasi pemerintah. Mahasiswa seperti macan ompong, hanya kelihatannya saja yang mengerikan. Namun, tidak ada tenaga untuk melawan ataupun menjadi pihak oposisi dari kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat.
Hal yang seperti tersebut tentu jangan sampai terus dibiarkan terjadi, terlebih dengan semakin majunya yang zaman begitu pesat menjadi mahasiswa di zaman sekarang bukanlah suaru perkara mudah, begitu banyak tantangan di depan mata yang akan dihadapi. Maka dari itu, akan lebih jika mahasiswa membangkitkan kembali semangat juang sebagai ujung tombak perjuangan terhadap kepentingan rakyat. Membangkitkan semangat mahasiswa dapat dilakukan dengan cara memahami kembali peran dari mahasiswa agar nantinya mahasiswa tidak hanya berfikir untuk kepentingan pribadi saja, melainkan untuk kemaslahatan kehidupan bermasyarakat.
Mahasiswa sebagai Social Control
Mahasiswa yang memiliki kemampuan intelektual, kepekaan sosial tinggi, serta sikap kritisnya dalam menanggapi sesuatu kelak diharapkan mampu menjadi pengontrol kehidupan sosial dalam masyarakat. Upaya yang dilakukan bisa dengan cara memberikan saran, kritik, serta solusi untuk permasalahan sosial yang berkembang dalam masyarakat maupun permasalahan negara. Peran mahasiswa sebagai control social pada saat ini sedang tidak beres dan terbilang ganjil dalam masyarakat.
Sebagai mahasiswa di zaman modern sudah seharusnya mengkritik terhadap ketidakadilan yang terjadi dalam sistem birokrasi yang terjadi selama ini. Namun, jika mahasiswa acuh dan tidak peduli dengan apa yang telah terjadi, maka sudah tidak ada lagi harapan yang lebih baik untuk kehidupan bangsa kedepannya. Mahasiswa sekarang ini sudah seharusnya menumbuhkan jiwa kepedulian sosialnya, dimana mahasiswa peduli terhadap masyarakat sebab mahasiswa juga bagian dari masyarakat. Kepedulian mahasiswa tidak hanya diwujudkan dengan cara demo ataupun turun ke jalan saja, tetapi juga dengan memberikan pemikiran-pemikiran cemerlangnya, diskusi membahas tentang permasalahan negara, ataupun memberikan bantuan moril dan juga materil kepada masyarakat serta negara.
Mahasiswa sebagai Agent of Change
Mahasiswa sebagai agen perubahan, yakni bertindak ibaratkan super hero yang ada di dalam sebuah komik. Kemudian datang ke suatu negeri yang berada dibawah belenggu para penjahat yang kejam, kemudian dengan kekuatan super yang dimilikinya dia mampu mengalahkan penjahat yang ada di dalam negeri tersebut. Dalam artian ini mahasiswa tidak hanya sebagai penggagas perubahan, tetapi juga sebagai objek atau pelaku dari perubahan tersebut.
Sikap kritis namun positif harus dibangun untuk membuat perubahan yang besar ditengah masyarakat sehingga mampu membuat pemimpin yang tidak berkompeten menjadi cemas dan khawatir dengan pergerakan yang dilakukan oleh mahasiswa. Jika sama-sama kita melihat, begitu banyaknya ketidakadilan yang dilakukan oleh pemimpin bangsa ini. maka dari itu, sudah sepatutnya mahasiswa berpikir untuk mengembalikan dan merubah keadaan tersebut menjadi keadaan yang dicita-citakan bangsa Indonesia ini.
Mahasiswa sebagai Iron Stock
Mahasiswa juga harus memiliki fungsi sebagai generasi penerus bangsa yang sangat diharapkan mempunyai keterampilan, kemampuan, serta akhlak mulia untuk menjadi calon pemimpin di masa yang akan datang. Mahasiswa merupakan aset berharga yang dimiliki bangsa Indonesia untuk masa depan. Mahasiswa bukan hanya sebagai akademisi intelektual yang hanya duduk manis dan mendengarkan apa yang dikatakan dosen dalam ruangan perkuliahan saja. Mahasiswa harus memperkaya diri dengan pengetahuan yang lebih banyak lagi, baik itu dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan.
Mahasiswa sebagai iron stock merupakan calon pemimpin bangsa masa depan yang akan menggantikan generasi pada saat ini, jadi tidak cukup rasanya jika mahasiswa hanya memupuk ilmu sesuai dengan jurusan saja. Perlu adanya soft skill seperti jiwa kepemimpinan, kemampuan memposisikan diri, serta memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan yang terjadi.
Seperti yang sudah ditekan sebelumnya, menjadi mahasiwa di zaman modern ini bukanlah sesuatu yang terbilang mudah. Apalagi ditengah pandemi yang seakan belum nampak ujungnya untuk diakhiri. Mahasiswa harus merubah mainset bahwa menjadi mahasiswa tidak hanya bicara soal materi dalam kelas dan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) saja, melainkan juga sebagai kesatria garis depan yang berjuang untuk kepentingan rakyat.
Peran mahasiswa ditengah masyarakat harus dijalankan, mahasiswa harus bangun dari tidur nyenyak. Agar bertepatan dengan satu abad kemerdekaan Indonesia tahun 2045 nantinya, benar-benar tercapai generasi emas yang produktif. Kalau bukan mahasiswa, siapa lagi? Kalau tidak dilakukan sekarang, kapan lagi? Salam Mahasiswa. (***)