Sumbarmadani.com- Wakil Ketua DPD RI, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, menjadi pembicara utama dalam Seminar Nasional Jejak Peradaban #1 yang mengusung tema “Perempuan di Ruang Domestik, Publik, dan Politik”. Acara yang diselenggarakan di Yogyakarta ini menyoroti pentingnya peran perempuan dalam tiga dimensi kehidupan: domestik, sosial-publik, dan politik.
“Tema tentang perempuan selalu menarik untuk dibahas. Sejarah menunjukkan bagaimana perempuan Indonesia, sejak masa lampau, berani memimpin dan melakukan perubahan,” ujar GKR Hemas. Ia menyoroti momentum Kongres Perempuan Pertama pada 22 Desember 1928, yang menjadi tonggak penting bagi gerakan perempuan Indonesia dan melahirkan peringatan Hari Ibu.
GKR Hemas juga menjelaskan perkembangan hak-hak perempuan yang semakin terjamin melalui berbagai regulasi, seperti representasi minimal 30% perempuan di parlemen, UU PKDT 2004, UU Anti Trafficking 2007, dan UU TPKS 2022. Ia menegaskan bahwa perempuan harus memainkan peran aktif dalam kebijakan yang adil dan berpihak kepada rakyat.
“Keberadaan perempuan di politik bukan hanya soal angka, tetapi soal pengaruh dan peran nyata dalam mewujudkan hak-hak perempuan,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, turut hadir dan mengapresiasi Kraton Yogyakarta atas pelaksanaan seminar serta bedah buku berjudul “GKR Hemas, Ratu di Hati Rakyat”. Menurutnya, seminar ini menunjukkan komitmen Kraton dalam memperjuangkan kepentingan perempuan dan bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain.
“Kraton Yogyakarta Hadiningrat tidak hanya memiliki nilai budaya luhur tetapi juga peran strategis dalam memajukan perempuan dan anak. Diskusi seperti ini penting untuk memperkuat pemberdayaan perempuan di seluruh Indonesia,” kata Menteri Arifah.
Sebagai penanggung jawab acara, Gusti Kanjeng Ratu Bendara menjelaskan bahwa seminar ini bertujuan menginspirasi generasi muda tentang pentingnya peran perempuan. Ia menekankan bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk memimpin di ruang-ruang yang selama ini dianggap dominasi laki-laki.
“Buku ‘GKR Hemas, Ratu di Hati Rakyat’ menunjukkan bagaimana Ibu mampu memadukan peran domestik sebagai ibu dan eyang, serta peran publiknya sebagai politikus selama puluhan tahun. Ini menjadi contoh nyata bagaimana perempuan dapat menciptakan keseimbangan dalam hidupnya,” jelas GKR Bendara.
Acara ini juga diwarnai pameran yang menampilkan berbagai dokumentasi peran perempuan dalam sejarah. Seminar diakhiri dengan diskusi tentang strategi perempuan untuk terus memperjuangkan hak-hak mereka, baik di ranah domestik maupun publik.
Melalui forum ini, GKR Hemas berharap diskusi-diskusi tentang pemberdayaan perempuan terus dilaksanakan di berbagai daerah, menjadikan perempuan Indonesia semakin kuat, berdaya, dan berdaulat menentukan langkah hidupnya (*).