Sumbarmadani.com- Serangan berkepanjangan yang dilakukan oleh militer Israel di Jalur Gaza telah menyebabkan jumlah korban meningkat secara drastis. Menurut laporan resmi pemerintah Palestina, jumlah warga Palestina yang tewas mencapai 11.320 jiwa, dan korban luka-luka mencapai 29.200.
Dari total korban tewas, 4.650 di antaranya adalah anak-anak, dan 3.145 merupakan wanita. Sebanyak 29.200 orang lainnya mengalami luka-luka, sedangkan 3.600 orang dinyatakan hilang, termasuk 1.755 anak-anak. Ratusan tenaga profesional, termasuk petugas medis, jurnalis, dan personel keamanan sipil, juga dilaporkan tewas dalam serangan ini.
“Para korban termasuk 4.650 anak-anak dan 3.145 wanita, sementara 29.200 lainnya terluka,” demikian pernyataan resmi pemerintah Palestina. Lebih lanjut, sebanyak 198 petugas medis, 22 personel keamanan sipil, dan 51 jurnalis turut menjadi korban dalam agresi yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Selain menelan korban jiwa, serangan Israel juga membuat lebih dari setengah rumah sakit di Gaza tidak berfungsi. Kekurangan bahan bakar dan kerusakan fasilitas akibat serangan mengakibatkan 25 rumah sakit dan 52 pusat perawatan kesehatan tidak dapat beroperasi. Bahkan, 55 ambulans menjadi sasaran serangan militer Israel.
Kompleks Rumah Sakit al-Shifa di Gaza, Palestina, juga terkena dampak serius. Kekurangan bahan bakar dan pengepungan militer Israel telah menyebabkan 40 pasien meninggal dalam lima hari terakhir. “Delapan puluh dua orang dimakamkan di kuburan massal di dalam kompleks medis, karena pasukan Israel yang masih mengepung rumah sakit,” tambah pernyataan resmi tersebut.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan keprihatinannya atas serangan militer Israel yang menargetkan Rumah Sakit al-Shifa. “Laporan serangan militer ke rumah sakit al-Shifa sangat memprihatinkan. Kami sudah kehilangan kontak lagi dengan tenaga kesehatan di rumah sakit. Kami sangat mengkhawatirkan keselamatan mereka dan pasien mereka,” ungkap Tedros melalui media sosial X-nya, Rabu (15/11/2023).
Tragedi kemanusiaan ini menandai kesedihan mendalam dan kebutuhan mendesak akan upaya internasional untuk menghentikan kekerasan dan mendukung upaya rekonstruksi di Gaza. (*)